Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Minum Sambil Duduk Apakah Juga Berlaku Untuk Minum Air Zam-Zam? Ataukah Khusus Minum Air Zam-Zam Sebaiknya Berdiri?

Pertanyaan:

Apakah hukum seseorang minum sambil berdiri? Apakah ada hadits-hadits terkait itu? Apakah ketika meminum air zam-zam harus duduk?

Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Minum sambil duduk adalah lebih utama, tidak diragukan lagi. Bahkan, tidak disukai minum sambil berdiri kecuali karena ada keperluan.

Dalilnya adalah bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wasallam:

نَهَى أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِمًا

melarang seseorang minum sambil berdiri (H.R Abu Dawud dari Anas, -pen)

Adapun jika ada suatu keperluan (untuk minum sambil berdiri) misalkan jika tempat minum posisinya tinggi, seperti pada sebagian alat pendingin air yang posisinya tinggi sehingga orang tidak bisa minum dengan duduk, dalam hal ini kondisinya darurat.

Karena terdapat hadits yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah minum dari wadah air dari kulit yang tergantung. Artinya dari geriba di masa dahulu yg digantung. Tidak ada bejana (gelas dan wadah) untuk menampung aliran airnya.

Demikian juga jika tempatnya sempit tidak memungkinkan untuk duduk, maka tidak mengapa minum sambil berdiri. Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah minum air zam-zam sambil berdiri (saat kondisi tempatnya sempit, -pen) . Adapun dalam kondisi lapang, minumlah sambil duduk.

Ada sebuah permasalahan: seseorang yang masuk ke dalam masjid dalam keadaan haus dan ada air di sana. Ia hendak minum. (Terdapat 2 pilihan. Yang pertama) Apakah ia duduk dan minum, atau ( yang kedua) kita katakan: shalatlah tahiyyatul masjid terlebih dahulu kemudian minumlah?

Jawabannya adalah (pilihan yang) kedua. Kita katakan: shalatlah tahiyyatul masjid dulu kemudian duduklah. Ini yang utama. Jika engkau khawatir apabila engkau shalat tahiyyatul masjid dulu, manusia akan banyak datang dan engkau terhambat untuk segera minum, minumlah sambil berdiri, tidak mengapa. Karena di sini ada kebutuhan. Demikian.


Transkrip dalam Bahasa Arab:

السؤال: ما حكم الشرب والإنسان واقف؟ وهل ورد في ذلك أحاديث؟ وعند الشرب من ماء زمزم هل لا بد من الجلوس؟

الجواب: الشيخ: الشرب قاعداً افضل بلا شك، بل يكره الشرب قائماً إلا لحاجة؛ دليل ذلك أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: «نهى أن يشرب الرجل قائماً». أما إذا كان هناك حاجة مثل أن يكون الماء الذي يشرب منه رفيعاً كما يوجد في بعض البرادات تكون رفيعة لا يستطيع للإنسان أن يشرب منها وهو قاعد، فهنا تكون للضرورة؛ لأنه ثبت عن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم أنه شرب من شنٍ معلق، أي من قربةً قديمة معلقة، وليس عنده إناء. كذلك أيضاً إذا كان المكان ضيقاً لا يمكن أن يجلس فليشرب قائماً؛ لأن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم شرب من زمزم وهو قائم. أما في حالة السعة فليشرب وهو قاعداً. وهنا مسألة: إنسان دخل المسجد وفيه ماء وهو عطشان يريد أن يشرب، فهل يجلس ويشرب؟ أو نقول: صلي التحية ثم اشرب؟ الجواب: الثاني، نقول: صلي التحية ثم اشرب هذا هو الأفضل، فإن خفت إذا صليت التحية أن يكثر الناس على الماء وتتأخر فاشرب قائماً ولا حرج؛ لأن هذا حاجة. نعم.

Sumber:
https://binothaimeen.net/content/13091

Penerjemah:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan