Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Fatwa Ulama Tentang Salon dan Rias Pengantin Wanita

Fatwa Al-Lajnah Ad-Daaimah 1

Pertanyaan yang ke-3 pada fatwa no 9499

س: ما حكم الإسلام فيعروس تزينت في الكوافير؟

ج: لا يجوز؛ لما في الذهاب إليها من الإسراف والتبذير، واحتمال وقوع ما لا تحمد عقباه، مما يفسد الأخلاق. وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

Pertanyaan:

Apakah hukum Islam tentang pengantin yang dirias di salon?

Jawab:

Tidak diperbolehkan. Karena pergi ke tempat tersebut termasuk bagian berlebih-lebihan dan pemborosan, dan adanya kemungkinan terjatuh pada sesuatu yang tidak terpuji akibatnya, yang bisa merusak akhlak.

Wa billaahit taufiq. Wa shollallahu ala Nabiyyinaa Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Al-Lajnah ad-Daaimah lil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz

Wakil : Abdurrozzaq Afiifi

Anggota: Abdullah bin Ghudayyan

Fatwa Al-Lajnah Ad-Daaimah 2

Fatwa no 169659

س : إنني فتحت كوافير للسيدات ، ويشهد علي الله بأنني لم أنمص الحواجب ، ولم أصل الشعر ، حتى الصبغات ، ولكن الآن أزين العرائس المحجبات والمتبرجات ، وبعض الأخوات قالوا : إن تزيين العروسة المتبرجة حرام ، وأنا يا أخي في عذاب الضمير والخوف من الله ، وذهبت إلى بعض الإخوة في فارسكور البعض قال : هذا حرام وعليك أن تزيني العروسة المحجبة ، والبعض الآخر قال : ليس حرام ، لأنك تزيني العروسة لزوجها

ج : فتح محلات لعمل (الكوافير) للنساء لا يجوز ؛ لما يفضي إليه من الإسراف والتبذير ، ووقوع ما لا تحمد عاقبته مما يفسد الأخلاق ، ويوقع في التشبه بالكفار ، وأما إذا كانت المرأة سافرة متبرجة أمام الأجانب فهذا زيادة في الإثم ، وارتكاب ما حرم الله ورسوله صلى الله عليه وسلم ، فعليك بالتماس عمل بديل ، والله أعلم . وبالله التوفيق ، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم . اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء عضو … عضو … عضو … عضو … الرئيس بكر أبو زيد … عبد العزيز آل الشيخ … صالح الفوزان … عبد الله بن غديان … عبد العزيز بن عبد الله بن باز

Pertanyaan:

Sesungguhnya saya membuka salon untuk wanita. Dan Allah bersaksi untuk saya bahwa saya tidak mencabut bulu alis, menyambung rambut, dan tidak mewarnai (rambut). Akan tetapi saya sekarang merias pengantin baik yang berhijab maupun yang mutabarrijah (berhias membuka wajah dan rambutnya, pent).

Sebagian saudara-saudara wanita menyatakan: Sesungguhnya merias pengantin yang tidak berhijab adalah haram. Dan saya wahai saudaraku merasa tersiksa batin saya dan takut kepada Allah. Saya pergi ke sebagian ikhwah di Farsakur (sebuah daerah di Mesir, pent).

Sebagian mereka menjawab: Hal itu haram bagimu. Hendaknya engkau merias wanita yang berhijab (saja). Sebagian menyatakan: Itu tidak haram, karena engkau merias pengantin untuk suaminya.

Jawab:

Membuka salon untuk wanita tidak boleh. Karena hal itu membawa pada sikap berlebih-lebihan dan pemborosan. Dan bisa terjatuh ke dalam keadaan yang tidak terpuji akibatnya dan hal-hal yang merusak akhlak. Dan terjatuh ke dalam sikap tasyabbuh kepada orang-orang kafir.

Sedangkan jika wanita (yang dirias) adalah wanita yang tidak tertutup wajahnya dan berhias di hadapan laki-laki yang asing (bukan mahram, pent), itu adalah tambahan dalam dosa, dan terjatuh pada hal yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya shollallahu alaihi wasallam. Hendaknya anda mencari pekerjaan lain sebagai gantinya.

Wallaahu A’lam. Wa billaahit Taufiq. Wa shollallahu ala Nabiyyinaa Muhammad wa Aalihi wa shobihi wa sallam. Al-Lajnah ad-Daaimah lil Buhuuts al-‘Ilmiyyah wal Iftaa’

Ketua: Abdul Aziz bin Abdillah bin Baaz

Wakil : Abdullah bin Ghudayyan

Anggota: Sholih al-Fauzan, Abdul Aziz Aalusy Syaikh, Bakr Abu Zaid

Fatwa Syaikh Ibn Utsaimin

 السؤال: ما حكم ذهاب النساء إلى (الكوافير) مع العلم أن بعضهن يشبهها بالماشطة التي كانت على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم؟

الجواب: إذا كان التحسين تحسيناً جائزاً فلا بأس به، وهذا هو المشط الذي كان على عهد الرسول عليه الصلاة والسلام. وإن كان محرماً فلا يجوز، فمثلاً: إذا كانت تنقش بالمنقاش شعر الوجه فهذا حرام، بل ومن كبائر الذنوب؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم لعن النامصة والمتنمصة؛ والنمص: نتف شعر الوجه، ولكن نقول: نتف شعر الوجه هذا أمرٌ معروف أنه نمص، لكن أحياناً يظهر للمرأة في محل الشارب شعر حتى يخضر شاربها في بعض الأحيان، فمثل هذه لا بأس أن تزيله بالأدهان المعروفة التي تزيل الشعر. أما بقية الجسم فإن أخذ شعره محل نظر، فمن العلماء من قال: لا يجوز؛ لأن هذا داخلٌ في قول الله تعالى عن الشيطان: وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ [النساء:119]، ومنهم من أباح ذلك، وذلك أن الأخذ من الشعر ينقسم إلى ثلاثة أقسام: قسم مأمور به، وقسم منهيٌ عنه، وقسم مسكوتٌ عنه. قسم مأمورٌ به: مثل العانة والإبط والشارب، هذا مأمور بإزالته، لكن الشارب يقص قصاً ولا يحلق حلقاً؛ لأن حلق الشارب تشويه، حتى إن بعض العلماء قال: ينبغي أن يؤدب فاعله، أما قصه وحفه فهذا من السنة، الإبط يسن فيه النتف، العانة يسن فيها الحلق، هذه ثلاثة شعور مأمور بإزالتها، أو تخفيفها بالنسبة للشارب. قسم آخر منهيٌ عنه: وهو اللحية، منهيٌ عنها، يحرم على الإنسان أن يحلق لحيته، والعجب الذي لا ينقضي أنك ترى كثيراً من المسلمين اليوم يحلقون لحاهم مع أن إعفاء اللحية هدي من؟ هدي الرسل عليهم الصلاة والسلام، فها هو رسول الله صلى الله عليه وسلم له لحية كثة، وها هو هارون قال لموسى: يَا ابْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلا بِرَأْسِي [طه:94] وحلق اللحية هدي من؟ هدي المجوس والمشركين، فيا سبحان الله! أنت مؤمن بالله ورسوله أتفضل هدي المجوس والمشركين على هدي سيد المرسلين؟!! لا والله، ولهذا ننصح إخواننا بالكف عن هذا العمل الذي يعلن الإنسان فيه مخالفته لله ولرسوله، لأن اللحية في الوجه، كل إنسان يلاقيك وهو حالقٌ لحيته يقول: أشهدك أني قد خالفت الرسول -أعوذ بالله- وهذا خطير خطيرٌ جداً، فحلق اللحية حرام. ومن ذلك أيضاً ما أشرنا إليه: النمص: وهو نتف شعر الوجه، هذا من المحرم. بقي علينا المسكوت عنه كشعر الذراع وشعر الصدر وشعر الساق هذا مسكوت عنه، فمن العلماء من يقول: إنه لا بأس بأخذه؛ لأن ما سكت الله عنه ورسوله فهو عفو. ومنهم من قال: إنه يكره، ومنهم من قال: يحرم؛ لأنه من تغيير خلق الله، ولكني أرى أن الأولى ألا يأخذه إلا إذا كان مشوهاً، لكن كثرة الشعر في الرجال رجولة، أما في النساء ربما يكون مشوهاً للمرأة، فالرجل لا يحب أن يرى امرأته وعليها شعرٌ كثير في الساق والذراع فتخففه ولا بأس. والكوافير إذا كانت تنمص فهذا حرام، وإذا كانت كان لا تنمص ينظر: هل أجرتها بقدر عملها أو أكثر؟ فإن كان أكثر فيكون هذا من الإسراف. وليُعلم أن العروس الحسنة ألقى الله المحبة بينها وبين زوجها فهي لا تحتاج إلى كوافير، وإن كانت الأخرى فهي لو تُجمل أجمل تجميل ما نفعها ذلك، ونسأل الله أن يجمع بين العروسين على كل خير، وأن يوفق الجميع لما فيه الخير والصلاح

دروس وفتاوى الحرم المدني لابن عثيمين (1-190)

Pertanyaan:

Apakah hukum para wanita pergi ke salon yang sebagian mereka menyamakan hal itu dengan orang yang menyisir (rambut) yang ada di masa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.

Jawaban:

Jika upaya mempercantik itu dengan cara yang boleh, maka yang demikian tidak mengapa. Seperti menyisir yang ada di masa Rasulullah alaihis sholaatu wassalaam.

Jika caranya haram, maka tidak boleh. Contoh: mencabut rambut wajah. Ini adalah haram. Bahkan termasuk dosa besar. Karena Nabi shollallahu alaihi wasallam melaknat wanita yang mencabut bulu wajah dan wanita yang meminta dicabutkan bulu wajahnya. Akan tetapi kita katakan: mencabut bulu wajah adalah sesuatu yang dikenal dengan anNamsh (itu yang tidak diperbolehkan).

Kadangkala pada seorang wanita muncul rambut di tempat kumis, hingga banyak kumisnya pada sebagian waktu. Yang demikian ini tidak mengapa dihilangkan dengan minyak yang sudah dikenal, yang bisa menghilangkan rambut.

Sedangkan bagian tubuh yang lain, apakah boleh diambil rambutnya, dalam hal ini perlu dilihat (dikaji). Sebagian Ulama ada yang menyatakan: tidak boleh, karena ini termasuk dalam firman Allah Taala tentang Syaithan (yang berkata):

وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ

dan sungguh-sungguh aku akan perintahkan mereka (manusia) hingga mereka benar-benar merubah ciptaan Allah (anNisaa’: 119)

Sebagian Ulama ada yang membolehkan hal itu. Karena mengambil rambut itu (hukumnya) ada 3 macam: Macam yang diperintahkan (untuk diambil), macam yang dilarang, dan macam yang didiamkan.

Macam yang diperintahkan: contohnya bulu kemaluan, bulu ketiak, dan kumis. Ini diperintahkan untuk dihilangkan. Akan tetapi, kumis dipotong bukan dicukur. Karena mencukur (habis) kumis menyebabkan wajah terlihat buruk. Bahkan sebagian Ulama menyatakan: orang yang mencukur (habis) kumisnya hendaknya dita’diib (dihukum agar beradab). Adapun memotongnya, maka ini adalah Sunnah.

Bulu ketiak sunnahnya dicabut. Bulu kemaluan sunnahnya dicukur. Ini adalah 3 rambut yang diperintahkan untuk dihilangkan, atau dikurangi (jumlahnya) seperti kumis.

Macam yang lain adalah yang terlarang (untuk diambil): yaitu jenggot (bagi laki-laki). Ini dilarang. Haram bagi seorang manusia untuk mencukur jenggotnya.

Yang mengherankan adalah anda melihat kebanyakan manusia dari kalangan kaum muslimin hari ini mencukur jenggot mereka. Padahal membiarkan tumbuhnya jenggot adalah petunjuk siapa? Petunjuk Rasul alaihimus sholaatu was salaam. Rasul shollallahu alaihi wasallam memiliki jenggot yang lebat.

(Nabi) Harun berkata kepada Musa:

يَا ابْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلا بِرَأْسِي

Wahai putra ibuku, janganlah engkau memegang jenggot dan kepalaku (Q.S Thoha: 94).

Mencukur jenggot itu petunjuk siapa? Petunjuknya kaum Majusi dan musyrikin! Subhaanallah! Anda beriman kepada Allah dan RasulNya, apakah mendahulukan petunjuk Majusi dan musyrikin di atas petunjuk Sayyidul Mursalin (pemukanya para Rasul)? Tidak, demi Allah.

Karena itu, kami nasehatkan kepada saudara kami agar berhenti dari perbuatan ini (mencukur jenggotnya) yang merupakan bentuk terang-terangan menyelisihi Allah dan RasulNya. Karena jenggot itu di wajah. Setiap manusia yang bertemu dengan anda dan dia mencukur jenggotnya, (seakan-akan) ia mengatakan: aku mempersaksikan anda bahwa aku telah menyelisihi Rasul! – A’udzu billah- ini adalah sangat sangat berbahaya!

Mencukur jenggot adalah haram. Termasuk yang demikian juga (rambut tubuh yang tidak boleh diambil) adalah apa yang telah kami isyaratkan (sebelumnya) yaitu anNamsh yaitu mencabut bulu wajah. Ini haram.

Tersisa bagi kita (macam ketiga yaitu) sesuatu yang didiamkan (tidak dilarang atau diperintah syariat untuk menghilangkannya, pent). Seperti rambut tangan, rambut dada, rambut betis. Ini adalah yang didiamkan.

Sebagian Ulama ada yang menyatakan: sesungguhnya tidak mengapa mengambilnya. Karena yang didiamkan oleh Allah dan RasulNya adalah sesuatu yang dimaafkan.

Sebagian Ulama ada yang menyatakan: Itu makruh. Sebagian menyatakan: haram. Karena termasuk merubah penciptaan Allah.

Akan tetapi saya melihat bahwasanya yang lebih utama adalah jangan mengambilnya kecuali jika hal itu memperburuk tampilan. Namun, banyaknya rambut pada laki-laki menampakkan sisi maskulin. Sedangkan pada wanita mungkin hal itu memperburuk tampilannya. Laki-laki tidak suka jika melihat wanita yang banyak rambutnya di betis, tangan, maka yang demikian mengurangi jumlahnya tidak mengapa.

Salon-salon kecantikan jika mencabut bulu wajah (alis) maka yang demikian haram.

Jika tidak mencabut bulu wajah, maka dilihat: apakah upahnya sesuai kadarnya dengan pekerjaannya atau lebih banyak? Jika lebih banyak, maka ini termasuk isroof (berlebih-lebihan).

Dan yang perlu diketahui adalah bahwa pada pernikahan yang baik Allah memberikan perasaan cinta antara kedua mempelai, tidak butuh untuk ke salon. Kalau seandainya tidak ada perasaan cinta itu, seandainyapun diperindah tampilannya itu tidak akan memberikan manfaat.

Kami meminta kepada Allah untuk menggabungkan setiap pengantin dalam kebaikan. Dan agar Allah memberikan taufiq kepada semuanya kepada hal-hal baik.

(Duruus wa Fataawa al-haram al-madaniy libni Utsaimin (1/190))

Fatwa Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah 1

Syaikh Sholih al-Fauzan hafidzhahullah menyatakan:

خلق الله سبحانه شعر رأس المرأة جمالاً وزينة لها، وحرم عليها حلقه؛ إلا لضرورة، بل شرع لها في الحج أو العمرة أن تقص من رؤوسه قدر أنملة، في حين إنه شرع للرجل حلقه في هذين النسكين، مما يدل على أنه مطلوب من المرأة توفير شعرها وعدم قصه؛ إلا لحاجة غير الزينة، كأن يكون بها مرض تحتاج معه إلى القص، أو تعجز عن مؤنته لفقرها، فتخفف منه بالقص؛ كما فعل بعض أزواج النبي صلى الله عليه وسلم بعد موته . أما إذا قصته من باب التشبه بالكافرات والفاسقات؛ فلا شك في تحريم ذلك، ولو كثر ذلك بين نساء المسلمين، مادام أن أصله التشبه؛ فإنه حرام، وكثرته لا تبيحه؛ لقوله صلى الله عليه وسلم : (من تشبه بقوم؛ فهو منهم)

Allah Yang Maha Suci menciptakan rambut wanita sebagai keindahan dan perhiasan baginya. Diharamkan untuk memotongnya kecuali karena darurat.

Bahkan disyariatkan dalam haji dan umroh untuk memotong rambut kepalanya seukuran ujung jari (saja). Padahal dalam keadaan itu disyariatkan bagi laki-laki untuk mencukur rambutnya pada dua manasik ini. Itu menunjukkan bahwa yang diharapkan bagi wanita adalah memperbanyak rambutnya dan tidak memotongnya.

Kecuali untuk suatu keperluan yang bukan dalam rangka berhias. Misalkan karena sakit, sehingga butuh untuk dicukur. Atau karena berat menyangga bebannya karena kelemahannya. Maka yang demikian bisa dikurangi rambutnya dengan dipotong. Sebagaimana yang dilakukan sebagian istri Nabi sepeninggal beliau.

Adapun kalau ia memotongnya dengan tujuan menyerupai para wanita kafir dan fasiq, tidak diragukan lagi keharamannya. Meskipun hal itu banyak dilakukan wanita muslimah. Selama asalnya adalah tasyabbuh, maka itu haram.

Banyaknya orang yang melakukannya tidaklah menyebabkannya menjadi boleh. Berdasarkan sabda Rasulullah sholllahu alaihi wasallam:

مَن تَشَبَّهَ بِقَومٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka mereka bagian dari kaum itu (al-Muntaqo min Fataawa al-Fauzan (61/10)).

Fatwa Syaikh Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah 2

Syaikh Sholih al-Fauzan juga menyatakan:

وكذا لا يجوز المغالاة بتكاليف تسريحه، والذهاب إلى الكوافير التي ربما يكون العاملون فيها من الرجال أو النساء الكافرات، وإنما تصلح المرأة شعرها في بيتها؛ لأن ذلك أستر لها وأيسر تكلفة

Demikian juga tidak boleh berlebihan dalam mengurai rambut, dan pergi ke salon yang bisa saja pekerjanya adalah laki-laki atau wanita kafir.

Wanita (muslimah) seharusnya memperbaiki keadaan rambutnya di rumahnya karena yang demikian lebih tertutup baginya dan lebih mudah.

(Al-Muntaqo min Fataawa al-Fauzan (61/9))

 

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan