Khotbah Jumat: Meneladani Kelembutan Nabi Sebagai Kasih Sayang dari Allah Ta’ala
Disampaikan oleh Ustadz Abu Utsman Kharisman pada Jumat, 5 Syawal 1443 H/ 6 Mei 2022 M di Masjid al-Fauzan Sumberlele Kraksaan Probolinggo
Khotbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Segala puji bagi Allah Ta’ala yang memperjalankan waktu sesuai dengan kehendak-Nya. Dialah yang melebihkan keutamaan suatu waktu dan tempat dibandingkan yang lainnya.
Kita baru saja melewati bulan Ramadan. Bulan penuh keberkahan. Kita berharap, semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang keluar dari Ramadan dalam keadaan terampuni. Semoga Allah Ta’ala menerima ibadah-ibadah kita dan memperkenankan kita untuk kembali menikmati ibadah di bulan-bulan Ramadan berikutnya.
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Pada khotbah kita kali ini, kita akan mengkaji sebuah ayat dalam alQuran tentang teladan akhlak yang ada pada diri Nabi. Akhlak tersebut adalah anugerah dan kasih sayang Allah kepada beliau maupun kepada umatnya. Ayat yang kita kaji tersebut adalah ayat ke-159 dari surah Ali Imran.
Perangai dan akhlak yang baik itu adalah kelembutan, mudah memaafkan, memohonkan ampunan kepada Allah untuk saudaranya, mudah bermusyawarah, serta bertawakkal kepada Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka dengan rahmat dari Allah, engkau bersikap lembut kepada mereka. Seandainya engkau kasar dan keras hati, niscaya mereka akan pergi menjauh dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam (sebagian) perkara. Jika engkau telah bertekad (untuk melakukan suatu perbuatan), bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal
(Q.S Ali Imran ayat 159)
Salah satu teladan dari Nabi kita shollallahu alaihi wasallam adalah kelembutan hati. Kelembutan dalam ucapan dan perbuatan. Bukan orang yang kasar dan kaku.
Dalam hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-Ash, disebutkan sebagian sifat Nabi yang tertera dalam Taurat:
لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ وَلَا سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ
Beliau bukanlah orang yang keras, kasar, maupun buruk akhlaknya. Tidak pula suka berteriak-teriak di pasar. Tidaklah membalas keburukan dengan keburukan. Namun, beliau memberi maaf dan mengampuni
(H.R al-Bukhari)
Dalam Tafsir Ibnu Athiyyah dijelaskan makna kasar dan keras itu:
الجَافِي فِي مَنْطِقِهِ وَمُقَاطِعِهِ
Orang yang kasar dalam ucapan dan ia mudah memutuskan hubungan (persaudaraan)
(al-Muharror al-Wajiz (2/35))
Baca Juga: Memahami Ilmu Perlu Kelembutan dan Mengembangkannya Membutuhkan Kejernihan
Maka seseorang yang berusaha meneladani Nabi shollallahu alaihi wasallam semestinya bersikap lembut ucapan maupun perbuatannya. Tidak mudah memutus hubungan persaudaraan. Baik akhlaknya. Santun ucapannya.
Iapun mudah memaafkan dan memohonkan ampunan untuk saudaranya sesama muslim. Sebagaimana pernyataan firman Allah:
فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
…maka maafkanlah mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka…
(Q.S Ali Imran ayat 159)
Saat berupaya mendapat keutamaan Lailatul Qodr yang lalu, kita telah diajari oleh Nabi untuk melantunkan doa:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Sang Maha Pemaaf, suka dengan pemberian maaf. Maka maafkanlah aku
(H.R Ahmad dari Aisyah)
Dari pernyataan itu kita mengakui bahwa Allah suka dengan perbuatan memberi maaf. Kita pun sangat berharap pemaafan dan ampunan dari Allah Taala.
Baca Juga: Jadilah Pemaaf Agar Diampuni oleh Allah
Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mudah memaafkan, jika kita berharap mendapat ampunan Allah:
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Maafkanlah dan abaikanlah (kesalahan orang itu pada kalian). Tidakkah kalian suka Allah mengampuni kalian. Allah adalah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Q.S anNuur ayat 22)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
…ketika muncul kemarahan mereka, kemudian mereka pun mengampuni (orang yang berbuat salah kepada mereka, pent)
(Q.S asy-Syura ayat 37)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan:
سَجِيَّتُهُمْ وَخَلْقُهُمْ وَطَبْعُهُمْ تَقْتَضِي الصَّفْحَ وَالْعَفْوَ عَنِ النَّاسِ، لَيْسَ سَجِيَّتُهُمُ الِانْتِقَامَ مِنَ النَّاس
Perangai, akhlak, dan tabiat mereka (orang-orang beriman) adalah mudah mengabaikan dan memaafkan (kesalahan) manusia. Mereka bukanlah orang yang suka membalas (dendam) kepada manusia
(Tafsir al-Quranil Adzhim (7/210)).
Semoga Allah Ta’ala melembutkan hati kita untuk meneladani Nabi shollallahu alaihi wasallam dan menganugerahkan akhlak yang mulia kepada kita.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah Kedua:
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullaah…
Allah Ta’ala juga memerintahkan kepada Nabi-Nya shollallahu alaihi wasallam untuk mengajak musyawarah para Sahabat beliau:
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ
Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam (sebagian) urusan
(Q.S Ali Imran ayat 159)
Allah Ta’ala pun memuji sikap orang-orang beriman yang suka bermusyawarah:
وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ
…dan mereka pun suka bermusyawarah di antara mereka…
(Q.S asy-Syura ayat 38)
Maka bermusyawarah adalah perbuatan ibadah. Apabila kita diajak bermusyawarah dalam berbagai urusan, apakah itu urusan dakwah, urusan pelaksanaan ibadah, urusan tarbiyah, dan hal-hal lainnya untuk kemasalahatan bersama, bersemangatlah dan ikutlah aktif terlibat di dalamnya. Niatkanlah ikhlas karena Allah Azza Wa Jalla. Karena Allah Ta’ala memerintahkan Nabi-Nya untuk bermusyawarah, dan Allah pun memuji orang-orang yang bermusyawarah.
Baca Juga: Waktu Pelaksanaan Puasa Syawwal, antara yang Dibolehkan dan yang Lebih Utama
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah menyatakan:
والله مَا اسْتَشَار قَومٌ قَطُّ إِلَّا هُدُوا لِأَفْضَلِ مَا بِحَضْرَتِهم
Demi Allah, tidaklah suatu kaum bermusyawarah, melainkan akan diberi petunjuk menuju hal yang paling utama yang ada di hadapan mereka
(riwayat al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad)
Kemudian, setelah kita bermusyawah ataupun beristikharah, menghasilkan kemantapan hati untuk berbuat, bertawakkallah kepada Allah. Pasrahkan dan bergantunglah sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
…Jika engkau telah bertekad (untuk melakukan suatu perbuatan), bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal
(Q.S Ali Imran ayat 159)
Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, Allah akan mencukupi harapan dan keinginannya.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
…dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, Dialah Allah yang akan mencukupinya…
(Q.S atTholaq ayat 3)
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا وَأَتِمَّهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ