Bantahan Umar bin Abdil Aziz Terhadap Pemahaman Qodariyyah
Kelompok qodariyyah adalah kelompok yang menyimpang. Mereka menolak takdir. Mereka beranggapan bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui apa yang akan diperbuat oleh manusia hingga manusia itu berbuat. Manusia juga memiliki kehendak mutlak untuk berbuat ketaatan atau kemaksiatan. Maha Suci Allah atas persangkaan buruk mereka tersebut. Anggapan bahwasanya Allah tidak mengetahui apa-apa sebelum terjadinya adalah anggapan kufur.
Keyakinan Ahlussunnah adalah bahwasanya Allah telah mengetahui segala sesuatu bahkan termasuk apa yang belum terjadi. Allah pulalah yang memiliki kehendak mutlak tanpa ada yang menghalangi-Nya. Namun perbuatan Allah berkisar antara karunia/anugerah kepada makhluk dan keadilan. Allah sama sekali tidak mendzhalimi siapapun.
Barang siapa yang mendapat petunjuk, itu adalah karunia dari Allah. Sedangkan pihak yang tidak mendapatkan petunjuk, itu karena Allah Maha Mengetahui bahwa ia memang tidak layak mendapat petunjuk. Allah menyesatkannya dengan keadilan-Nya.
Meski makhluk memiliki kehendak, namun kehendak makhluk berada di bawah kehendak Allah Azza Wa Jalla.
Baca Juga: Keimanan yang Benar Terhadap Takdir akan Membuat Seseorang Semakin Bersemangat dalam Beramal
Diriwayatkan bahwa Umar bin Abdil Aziz menulis surat kepada kaum Qodariyyah yang menentang takdir:
وَإِنَّكُمْ ذَكَرْتُمْ أَنَّهُ بَلَغَكُمْ أَنِّي أَقُولُ: إِنَّ اللهَ قَدْ عَلِمَ مَا الْعِبَادُ عَامِلُونَ، وَإِلَى مَا هُمْ صَائِرُونَ، فَأَنْكَرْتُمْ ذَلِكَ عَلَيَّ وَقُلْتُمْ: إِنَّهُ لَيْسَ يَكُونُ ذَلِكَ مِنَ اللهِ فِي عِلْمٍ حَتَّى يَكُونَ ذَاكَ مِنَ الْخَلْقِ عَمَلًا، فَكَيْفَ ذَلِكَ كَمَا قُلْتُمْ؟ وَاللهِ تَعَالَى يَقُولُ: {إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلًا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ} يَعْنِي: عَائِدِينَ فِي الْكُفْرِ، وَقَالَ تَعَالَى: {وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ} [الأنعام: 28] فَزَعَمْتُمْ بِجَهْلِكُمْ فِي قَوْلِ اللهِ تَعَالَى: {فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ} [الكهف: 29]. أَنَّ الْمَشِيئَةَ فِي أَيِّ ذَلِكَ أَحْبَبْتُمْ فَعَلْتُمْ مِنْ ضَلَالَةٍ أَوْ هُدًى، وَاللهُ تَعَالَى يَقُولُ: {وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ}، فَبِمَشِيئَةِ اللهِ لَهُمْ شَاءُوا وَلَوْ لَمْ يَشَأْ لَمْ يَنَالُوا بِمَشِيئَتِهِمْ مِنْ طَاعَتِهِ شَيْئًا قَوْلًا وَلَا عَمَلًا، لِأَنَّ اللهَ تَعَالَى لَمْ يُمَلِّكِ الْعِبَادَ مَا بِيدِهِ، وَلَمْ يُفَوِّضْ إِلَيْهِمْ مَا يَمْنَعُهُ مِنْ رُسُلِهِ، فَقَدْ حَرَصَتِ الرُّسُلُ عَلَى هُدَى النَّاسِ جَمِيعًا، فَمَا اهْتَدَى مِنْهُمْ إِلَّا مَنْ هَدَاهُ اللهُ، وَلَقَدْ حَرَصَ إِبْلِيسُ عَلَى ضَلَالَتِهِمْ جَمِيعًا، فَمَا ضَلَّ مِنْهُمْ إِلَّا مَنْ كَانَ فِي عِلْمِ اللهِ ضَالًّ
Dan sesungguhnya kalian telah menyebutkan bahwasanya telah sampai kepada kalian ucapanku: Sesungguhnya Allah telah mengetahui apa yang akan diperbuat para hamba dan ke manakah mereka akan menuju. Namun kalian mengingkari ucapanku itu. Kalian berkata: Sesungguhnya Allah tidaklah mengetahui hingga makhluk berbuat.
Bagaimana bisa kalian berkata demikian? Padahal Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلًا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ
Sesungguhnya Kami sedikit menyingkap siksaan. Sesungguhnya kalian akan kembali berbuat (Q.S ad-Dukhaan ayat 15)
Artinya, (kalian) akan kembali pada kekafiran. Dan Allah Ta’ala berfirman:
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan kalau seandainya mereka dikembalikan, niscaya mereka akan kembali melakukan hal yang dilarang, dan sesungguhnya mereka benar-benar berdusta (Q.S al-An’aam ayat 28)
Kalian mengira dengan kebodohan kalian tentang firman Allah Ta’ala:
فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
Barang siapa yang berkehendak, silakan ia beriman dan barang siapa yang berkehendak silakan dia kafir (Q.S al-Kahfi ayat 29)
(Kalian mengira) bahwa kalian punya kehendak (mutlak) untuk berbuat sesuai kehendak kalian baik dalam hal kesesatan ataupun petunjuk.
Padahal Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dan tidaklah mereka berkehendak kecuali sesuai kehendak Allah Rabb semesta alam (Q.S atTakwiir ayat 29)
Maka dengan kehendak Allah lah mereka berkehendak. Kalau Dia (Allah) tidak menghendaki, niscaya mereka dengan kehendak mereka tidak akan bisa mencapai ketaatan kepada-Nya sedikitpun, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Karena Allah Ta’ala tidaklah memberikan kekuasaan pada para hamba dengan apa yang ada di tangannya. Dia tidaklah menyerahkan kepada mereka apa yang mencegah mereka dari para Rasul-Nya. Para Rasul telah bersemangat untuk memberikan petunjuk kepada manusia seluruhnya. Namun tidaklah ada yang mendapat petunjuk kecuali yang Allah beri petunjuk. Iblis telah berusaha keras untuk menyesatkan mereka seluruhnya. Namun tidaklah sesat dari mereka kecuali yang telah diketahui Allah bahwa mereka akan sesat.
(Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’: 5/346)
Dikutip dari:
Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman