Setiap yang Disembah Selain Allah Tidak Memiliki Penciptaan dan Kekuasaan Sedikitpun (Bagian Kedua)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-57)
Bab Ke-15: Firman Allah Ta’ala: Apakah Mereka Menyembah Sesuatu yang Tidak Menciptakan Apapun dan Justru Mereka Diciptakan? (Q.S al-A’raaf: 191)
Dalil Kedua:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُسِرَتْ رَبَاعِيَتُهُ يَوْمَ أُحُدٍ وَشُجَّ فِي رَأْسِهِ فَجَعَلَ يَسْلُتُ الدَّمَ عَنْهُ وَيَقُولُ كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوا نَبِيَّهُمْ وَكَسَرُوا رَبَاعِيَتَهُ وَهُوَ يَدْعُوهُمْ إِلَى اللَّهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ
Dari Anas –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pecah gigi gerahamnya pada hari (perang) Uhud dan beliau terluka di kepalanya maka mengucurlah darah dari kepalanya. Dan beliau berkata: Bagaimana bisa beruntung suatu kaum yang telah melukai kepala dan memecahkan gigi geraham Nabi mereka, kemudian Nabi berdoa kepada Allah (untuk melaknat) mereka. Maka Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
“Engkau (wahai Muhammad) tidak memiliki urusan sedikitpun (terhadap keadaan manusia), apakah (Allah) akan memberi taubat kepada mereka atau mengadzab mereka karena mereka dzhalim (berbuat kesyirikan)” (Q.S Ali Imron ayat 128)
(H.R Muslim, dan disebutkan oleh al-Bukhari secara ta’liq)عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ أُحُدٍ اللَّهُمَّ الْعَنْ أَبَا سُفْيَانَ اللَّهُمَّ الْعَنْ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ اللَّهُمَّ الْعَنْ صَفْوَانَ بْنَ أُمَيَّةَ قَالَ فَنَزَلَتْ: لَيْسَ لَكَ مِنْ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ. فَتَابَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ فَأَسْلَمُوا فَحَسُنَ إِسْلَامُهُمْ
Dari Salim bin Abdillah dari ayahnya (Abdullah bin Umar) radhiyallahu anhu beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pada perang Uhud berdoa: Ya Allah laknatlah Abu Sufyan, Ya Allah laknatlah al-Harits bin Hisyam, Ya Allah laknatlah Shofwaan bin Umayyah. Ibnu Umar berkata: kemudian turunlah ayat: “Engkau (wahai Muhammad) tidak memiliki urusan sedikitpun (terhadap keadaan manusia), apakah (Allah) akan memberi taubat kepada mereka…” Kemudian Allah memberi hidayah mereka kepada taubat dan mereka masuk Islam serta baik keislamannya.
(H.R atTirmidzi, dan asalnya ada dalam Shahih al-Bukhari).عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ مِنْ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِنْ الْفَجْرِ يَقُولُ اللَّهُمَّ الْعَنْ فُلَانًا وَفُلَانًا وَفُلَانًا بَعْدَ مَا يَقُولُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ: لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ إِلَى قَوْلِهِ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
Dari Ibnu Umar –radhiyallahu anhu- bahwa beliau mendengar Rasulullah shollallahu alaihi wasallam jika mengangkat kepalanya dari ruku’ pada rokaat akhir sholat Subuh beliau membaca: Ya Allah laknatlah fulaan, fulaan, dan fulaan, setelah mengucapkan Sami’allaahu liman hamidah robbanaa wa lakal hamdu. Kemudian Allah turunkan (ayat): “Engkau (wahai Muhammad) tidak memiliki urusan sedikitpun (terhadap keadaan manusia), apakah (Allah) akan memberi taubat kepada mereka…”
(H.R al-Bukhari)
Baca bagian sebelumnya: Setiap yang Disembah Selain Allah Tidak Memiliki Penciptaan dan Kekuasaan Sedikitpun (Bagian Pertama)
Penjelasan Dalil Kedua
Beberapa faidah yang bisa diambil dari hadits-hadits ini:
- Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah manusia biasa yang bisa terluka dalam pertempuran. Beliau juga tidak mengetahui perkara yang ghaib sehingga bisa terkena musibah. Hal itu menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam tidak boleh diibadahi/ atau disembah. Satu-satunya yang berhak disembah hanyalah Allah Ta’ala yang memiliki segala kesempurnaan.
- Doa seorang Nabi kadangkala tidak dikabulkan oleh Allah karena adanya hikmah yang besar.
- Hidayah seseorang hanyalah di Tangan Allah. Orang-orang yang awalnya sangat memusuhi Islam bahkan melukai Nabi-Nya dalam pertempuran, ternyata kemudian bertaubat dan menjadi muslim serta baik keislamannya.
- Tidak boleh melaknat seseorang secara ta’yin. Yaitu mendoakan laknat khusus kepada orang tertentu pada saat orang itu masih hidup.
- Selama seseorang masih hidup di dunia, masih ada 2 kemungkinan mengakhiri hidupnya: husnul khotimah (akhir khidupan yang baik) atau suu-ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk). Bisa saja seseorang banyak melewati masa hidupnya dengan keburukan dan kekafiran, namun menjelang akhir hidupnya ia bertaubat, kemudian menjadi baik akhir hidupnya. Sebaliknya, ada seseorang yang banyak hidupnya diisi dalam ketaatan kepada Allah, namun kemudian menyimpang dan murtad hingga mengalami suu-ul khotimah.
- Jangan memvonis seseorang yang masih hidup itu pasti tidak akan mendapatkan rahmat dan ampunan Allah selama-lamanya.
عَنْ جُنْدَبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ
Dari Jundab –radhiyallahu anhu- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menceritakan bahwa seorang laki-laki berkata: Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulaan. Allah Ta’ala berfirman: Siapakah yang bersumpah atas NamaKu bahwa Aku tidak akan mengampuni fulaan, sesungguhnya Aku telah mengampuni fulaan dan aku batalkan (hapus) amalanmu (H.R Muslim)
Tidak boleh seseorang memvonis fulaan tidak akan diampuni Allah jika ia telah meninggal dalam keadaan secara dzhahir muslim meski banyak dosa-dosa yang dilakukannya di dunia, selama ia tidak pernah berbuat kesyirikan akbar. Masih ada kemungkinan Allah ampuni dia. Atau seorang yang masih hidup kemudian kita lihat banyak berbuat dosa, hingga dikatakan: Engkau tidak akan diampuni Allah selama-lamanya. Ini adalah perbuatan yang harus dijauhi. Hanya Allah saja Yang Maha Tahu akhir kehidupan seseorang dan Dialah yang akan mengampuni siapa saja yang dikehendakinya.
Namun, harus dibedakan antara membantah penyimpangan/ kesesatan dengan memvonis kehidupan seseorang di akhirat. Menyebutkan penyimpangan seseorang dengan dalil dan hujjah kokoh agar kesesatannya tidak diikuti adalah bagian dari kasih sayang terhadap orang itu hingga tidak akan semakin banyak dosa yang dilimpahkan kepada dia karena banyaknya orang sesat yang mengikutinya, juga kasih sayang kepada kaum muslimin agar tidak jatuh dalam kesesatan.
- Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melakukan qunut nazilah di waktu sholat Subuh – sebagaimana pada sholat wajib yang lain- jika beliau bermaksud untuk mendoakan kebaikan untuk suatu kaum atau mendoakan keburukan (laknat, dsb) bagi suatu kaum. Selain hadits di atas, juga dipertegas dengan hadits Anas bin Malik dan Abu Hurairah:
عَنْ أَنَسٍ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَقْنُتُ إِلاَّ إِذَا دَعَا الْقَوْمَ أَوْ دَعَا عَلَى قَوْمٍ
Dari Anas –radhiyallahu anhu- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah qunut kecuali jika mendoakan (kebaikan untuk) suatu kaum atau mendoakan (keburukan) bagi suatu kaum (H.R Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dan dinyatakan shahih sesuai syarat Muslim oleh al-Albaniy)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ لَا يَقْنُتُ إِلَّا أَنْ يَدْعُوَ لِأَحَدٍ أَوْ يَدْعُوَ عَلَى أَحَدٍ
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidaklah qunut kecuali jika beliau mendoakan (kebaikan) untuk seseorang atau mendoakan (keburukan) untuk seseorang (H.R Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya, dinyatakan shahih sesuai syarat Muslim oleh al-Albaniy)
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman