Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Fatwa Mufti Umum KSA Seputar Menyalatkan Jenazah di Masa Pandemi Covid-19

Mufti Umum Kerajaan (Saudi Arabia) dan ketua Dewan Ulama Senior serta Kepala Umum Penelitian Ilmiah dan Fatwa, yang mulia asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Muhammad Alusy Syaikh, menanggapi sejumlah permasalahan yang disampaikan oleh menteri yang mulia, asy Syaikh Doktor Abdul Latif bin Abdul Aziz Alusy Syaikh. Yaitu tentang hukum sholat jenazah di tengah pandemi corona. Hal itu berdasarkan apa yang diterima oleh Kementerian berupa beberapa pertanyaan masyarakat terkait sholat jenazah dalam situasi saat ini.

Pertanyaan Pertama:

Pertanyaan pertama yang disebutkan adalah tentang hukum seseorang yang sholat (jenazah) secara ghoib¹), apakah dia melaksanakannya secara sendirian di rumahnya atau bersama keluarganya?

Maka Syaikh yang mulia menjawab:

Jika perkumpulan banyak orang dapat menyebabkan penyebaran wabah yang disebut sebagai virus corona varian baru, maka ini adalah perkara yang berbahaya. Hendaknya jenazah tersebut disholatkan di kuburan oleh sebagian kerabat saja, dengan itu mereka telah menunaikan kewajiban yang bersifat kifayah²) tersebut. Dan untuk sisa kerabat yang lain, mereka menyolatkannya dengan sholat ghoib di rumah mereka. Dan saya mengharapkan hal tersebut sebagai kebaikan.


Artikel lain yang insyaAllah juga bermanfaat: Kalimat Berharga yang Disampaikan Syaikh Sholih Al-Fauzan saat Beliau Menerima Vaksin Covid-19 Pertama


Pertanyaan kedua:

Tentang (bagaimana) hukum shalat jenazah di banyak rumah karena banyaknya kenalan si mayit dan kerabatnya?

Beliau hafidzahullah menjawab:

Tidak mengapa mengerjakan sholat ghoib di banyak rumah disebabkan banyaknya kerabat si mayit, sehingga tidak terjadi kerumunan yang akibatnya dapat menimbulkan tersebarnya wabah berbahaya ini.


Artikel lain yang insyaAllah juga bermanfaat: Penekanan Kewajiban Mematuhi Protokol Kesehatan Walaupun Dirasa Menyulitkan


Pertanyaan ketiga:

Apakah disyariatkan datang ke pemakaman dengan tujuan untuk menyolatkan jenazah yang telah dimakamkan di masa (pandemi corona) ini karena beberapa kerabat dan kenalannya belum menyolatkannya, dan hal itu (sholat di pemakaman) dilakukan setelah hilangnya wabah?

Syaikh yang mulia menjawab:

Diperbolehkan bagi kerabat orang yang meninggal untuk menyolatkan mayit di kuburannya setelah hilangnya wabah ini nantinya.

Al-Imam al-Bukhari telah meriwayatkan dalam Shohihnya dari sahabat Abdullah bin Abbas -semoga Allah meridhai mereka berdua-: Bahwasanya Rasulullah ﷺ melewati sebuah makam yang (mayatnya) telah dikubur pada malam harinya, maka beliau bertanya: Kapan (jenazah) ini dikuburkan?

Tadi malam, jawab para sahabat.

Beliau kemudian bersabda: Tidakkah kalian  memberitahuku?

Para sahabat menjawab: Kami menguburkannya di malam yang larut sehingga kami tidak ingin membangunkan anda.

Setelah itu beliau berdiri dan kami berbaris di belakangnya -Ibnu Abbas berkata: dan saya termasuk di antara mereka-, kemudian beliau ﷺ menyolatkan jenazah tersebut.

Dan hendaknya seseorang tetap menyolatkan jenazah di kuburan si mayit setelah wabah (corona) ini hilang, meskipun telah berlalu jangka waktu yang panjang. Ini merupakan pendapat yang benar dari pendapat para ulama, karena tidak ada dalil yang menentukan batasan waktu dalam suatu periode, wallahu a’lam.

Kementerian sendiri di bawah arahan menteri yang mulia, telah melakukan percepatan (dalam penanganan pandemi corona ini) dengan melarang untuk melakukan shalat jenazah di masjid-masjid. Kementerian mengimbau agar sholat jenazah dilaksanakan di pemakaman dengan jumlah yang terbatas. (Keputusan ini telah diberlakukan) sejak awal munculnya pandemi corona, sebagai upaya pencegahan proaktif yang dilakukan oleh kementerian. Juga langkah nyata untuk turut serta bersama negara dalam mencegah penyebaran virus corona.


Artikel lain yang insyaAllah juga bermanfaat: Hak Saudara Muslim


Teks Arab:

أجاب مفتي عام المملكة رئيس هيئة كبار العلماء والرئيس العام للبحوث العلمية والإفتاء سماحة الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن محمد آل الشيخ، على عدد من المسائل التي عرضها معالي الوزير الشيخ الدكتور عبداللطيف بن عبدالعزيز آل الشيخ على سماحته، في حكم صلاة الجنائز في ظل جائحة كورونا، بناءً على ما ورد للوزارة من استفسارات المواطنين حول صلاة الجنازة في الوضع الراهن.
حيث جاء السؤال الأول عن حكم صلاة الرجل على الغائب في بيته منفرداً أو مع أهله؟
فأجاب سماحته إذا كان الاجتماع الكثير ربما يسبب انتشار الوباء المسمى كورونا الجديد، فهذا أمر خطير، فالجنازة يصلى عليها في المقبرة من بعض أقاربهم، وقد أدوا بصلاتهم فرض الكفاية، وأما بقية أقارب الميت فيصلون في بيوتهم على ميتهم صلاة الغائب، وأرجوا أن يكون خيراً.
فيما جاء السؤال الثاني عن حكم إقامة صلاة الجنازة في بيوت كثيرة بسبب تعدد معارف المتوفى وأقاربه؟
فأجاب سماحته قائلاً: لا حرج في الصلاة على الغائب في بيوت متعددة لكثرة أقاربه، حتى لا يحصل الاجتماع الذي ربما بسببه ينتشر هذا الوباء الخطير .
والسؤال الثالث: هل يشرع الإتيان إلى المقابر بغرض الصلاة على الجنازة التي دفنت في هذا الوقت، ولم يصل عليها بعض أقاربهم ومعارفهم ، وذلك بعد ارتفاع المرض؟
فأجاب سماحته يجوز لأقارب المتوفى أن يصلوا عليه عند قبره بعد ارتفاع هذا المرض، فقد روى الإمام البخاري في صحيحه عن عبدالله بن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله، مر بقبر قد دفن ليلاً، فقال: متى دفن هذا ؟ قالوا: البارحة، قال : أفلا آذنتموني؟ قالوا: دفناه في ظلمة الليل فكرهنا أن نوقظك، فقام، فصففنا خلفه، قال أبن عباس : وأنا فيهم فصلى عليه. ويصلى على قبر الميت بعد ارتفاع المرض ولو طالت المدة على الصحيح من أقوال العلماء لأنه لا دليل على التحديد بمدة والله أعلم.
وكانت الوزارة وبتوجيه من معالي الوزير قد سارعت بمنع إقامة صلاة الجنازة في المساجد وأن تقام في المقابر وبعدد محدود منذ بداية ظهور وباء كورونا في ظل الاجراءات الاحترازية الاستباقية التي عملت عليها الوزارة مواكبة لجهود الدولة لمنع انتشاره.

Sumber:
https://www.moia.gov.sa/MediaCenter/News/Pages/20081441_3.aspx


Catatan kaki:

¹) Sholat ghoib adalah menyolatkan jenazah tidak ada di hadapan orang yang menyolatkanya karena beberapa hal. Dilakukan dengan tata cara yang sama dengan sholat jenazah pada umumnya.

²) Kewajiban dalam syariat yang apabila telah dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin yang mencukupi maka kewajiban tersebut gugur dari yang lain

Penerjemah:
Abu Hatim Ismail

Tinggalkan Balasan