Seorang yang Mentauhidkan Allah Hendaknya Mengajak Orang Lain Untuk Mentauhidkan Allah dan Menjauhi Kesyirikan (Bagian Ke-3)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-21)
BAB KELIMA :
BERDAKWAH KEPADA PERSAKSIAN LAA ILAAHA ILLALLAH
Dalil Ketiga:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ خَيْبَرَ لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَبَاتَ النَّاسُ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَى فَغَدَوْا كُلُّهُمْ يَرْجُوهُ فَقَالَ أَيْنَ عَلِيٌّ فَقِيلَ يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ فَبَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ فَأَعْطَاهُ فَقَالَ أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا فَقَالَ انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلَامِ وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu anhu beliau berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda pada perang Khaibar: Sungguh aku akan berikan besok bendera (kepemimpinan perang) pada seseorang laki-laki yang Allah akan membukakan (kemenangan). Seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya dan Allah dan Rasul-Nya juga mencintai dia. Maka manusiapun melewati malam dengan memperbincangkan dan berharap siapa di antara mereka yang akan diberi bendera itu. Kemudian (paginya) Nabi bertanya: Di mana Ali (bin Abi Tholib)? Dikatakan bahwa Ali sakit mata. Kemudian Nabi sedikit meludah pada mata Ali dan mendoakannya. Maka sembuhlah Ali seakan-akan tidak pernah sakit mata sebelumnya. Kemudian Nabi menyerahkan bendera itu. Kemudian Ali berkata: Aku akan memerangi mereka hingga mereka seperti kita. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: berjalanlah dengan tenang hingga engkau tiba di pelataran mereka. Kemudian dakwahi/ ajak mereka kepada Islam dan kabarkan yang wajib mereka lakukan. Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang dengan sebabmu, itu lebih baik bagimu dibandingkan engkau mendapatkan unta merah (harta yang terbaik)
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
baca bagian sebelumnya: Seorang yang Mentauhidkan Allah Hendaknya Mengajak Orang Lain Untuk Mentauhidkan Allah dan Menjauhi Kesyirikan (Bagian Ke-2)
Penjelasan:
Hadits ini memberikan beberapa faidah, di antaranya:
- Keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu yang disebutkan Nabi sebagai orang yang mencintai Allah dan RasulNya serta Allah dan RasulNya mencintai dia.
Ahlussunnah mencintai Ali bin Abi Tholib namun tidak melampaui batas dalam mencintainya. Mencintai beliau sesuai batasan syar’i. Tidak seperti Syiah yang mengkultuskan Ali dan keturunannya secara melampaui batas.
- Salah satu mukjizat Nabi shollallahu alaihi wasallam yang mengobati dan mendoakan Ali hingga diberi kesembuhan oleh Allah seakan-akan tidak pernah sakit mata sebelumnya.
- Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak mengetahui hal yang ghaib. Beliau tidak mengetahui bahwa Ali sedang sakit mata, kecuali setelah diberi tahu oleh sebagian Sahabat, kemudian beliau mengobatinya.
baca juga: Mencintai Para Sahabat Nabi
- Iman terhadap takdir. Diberikannya bendera kepemimpinan perang kepada orang yang tidak berupaya mendapatkannya, bahkan sedang sakit dan tidak mendengar hal itu. Sedangkan yang berusaha dan semangat ingin mendapatkannya tidak mendapatkannya.
- Para Sahabat Nabi sangat bersemangat untuk menjadi orang yang diberi bendera kepemimpinan perang itu karena mereka ingin mendapatkan tazkiyyah sebagai orang yang mencintai Allah dan RasulNya serta dicintai oleh Allah dan RasulNya. Bukan karena mereka tamak dengan kekuasaan dan kepemimpinan secara umum.
Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu menyatakan:
مَا أَحْبَبْتُ الْإِمَارَةَ إِلَّا يَوْمَئِذٍ
Saya tidak senang (mengharapkan) kepemimpinan kecuali pada hari itu (H.R Muslim no 4422)
Sedangkan berebut kekuasaan atau kepemimpinan yang lain adalah tercela, sebagaimana disebutkan dalam hadits:
إِنَّكُمْ سَتَحْرِصُونَ عَلَى الْإِمَارَةِ وَسَتَكُونُ نَدَامَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Sesungguhnya kalian sangat bersemangat mendapatkan kepemimpinan padahal akan menjadi penyesalan pada hari kiamat (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah)
لَا تَسْأَلِ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا
Janganlah engkau meminta kepemimpinan. Jika engkau diberi kepemimpinan tanpa diminta, engkau akan ditolong (dalam kepemimpinan itu) tetapi jika engkau diberi kepemimpinan karena meminta, engkau akan dibiarkan (Allah) tanpa ditolong (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abdurrohman bin Samuroh).
- Bersikap tenang, tidak tergesa-gesa dalam segenap keadaan. Termasuk ketika akan berperang. Nabi shollallahu alaihi wasallam menyatakan dalam hadits tersebut: Berjalanlah dengan tenang.
Dalam hadits yang lain beliau bersabda:
التَّأَنِّي مِنَ اللَّهِ وَالْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ
Bersikap tenang dan teliti itu dari Allah, dan ketergesa-gesaan itu dari Syaithan (H.R atTirmidzi, Abu Ya’la dari Anas bin Malik, lafadz sesuai riwayat Abu Ya’la dihasankan oleh atTirmidzi dan al-Albany)
Berdakwah mengajak kepada Islam terhadap orang non Muslim. Termasuk kepada pihak yang akan diperangi.
- Besarnya keutamaan orang yang menjadi sebab orang lain mendapat hidayah Allah. Disebutkan dalam hadits itu lebih baik dibandingkan mendapatkan unta merah, harta terbaik dan paling bernilai bagi orang Arab saat itu.
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman