Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Qunut witir hukumnya sunnah, dilakukan di rakaat terakhir shalat witir. Bisa dilakukan orang yang shalat witir sendirian atau berjamaah.

Sebagian Ulama berpendapat bisa dilakukan di waktu malam kapan saja (di dalam atau di luar Ramadhan). Pendapat ini adalah pendapat Sahabat Ibnu Mas’ud dan dikuatkan oleh al-Lajnah ad-Daaimah.

Sebagian Ulama melakukan qunut witir hanya di bulan Ramadhan, dimulai sejak pertengahan Ramadhan. Di antaranya diriwayatkan sebagai perbuatan Sahabat Nabi Umar bin al-Khoththob, Ali bin Abi Tholib, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu Umar. Pendapat ini dikuatkan oleh al-Imam asy-Syafi’i. Al-Imam Ahmad mempersilakan seseorang qunut witir di malam kapan saja (di Ramadhan atau di luar Ramadhan), namun beliau sendiri lebih menyukai qunut witir setelah lewat pertengahan Ramadhan. Sebagian penjelasan tersebut tertuang dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi syarh Sunan atTirmidzi.


baca juga:

Pertanyaan Tentang Shalat Tarawih dan Witir

Fatwa Syaikh Bin Baz tentang Mengeraskan Bacaan Shalawat di Antara Rakaat Tarawih

Qunut witir bisa dilakukan sebelum atau setelah ruku’. Jika dilakukan sebelum ruku’, dibaca setelah selesai membaca surah dalam alQuran. Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Tholib membaca qunut witir setelah ruku’.

Ada lafadz doa qunut witir yang diajarkan Nabi shollallahu alaihi wasalam kepada cucu beliau, al-Hasan:

عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي الْوِتْرِ… اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Dari al-Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma (beliau berkata): Rasulullah shollallahu alaihi wasallam mengajarkan kepadaku beberapa kalimat (doa) yang aku baca dalam witir:

ALLAAHUMMAHDINII FIIMAN HADAYT. WA ‘AAFINII FIMAN ‘AAFAYT. WA TAWALLANII FIIMAN TAWALLAYT. WA BAARIK LII FII MAA A’THOYT. WA QINII SYARRO MAA QODHOYT. INNAKA TAQDHII WA LAA YUQDHOO ‘ALAYK. WA INNAHU LAA YADZILLU MAN WAALAYT. WA LAA YA’IZZU MAN ‘AADAYT. TABAAROKTA ROBBANAA WA TA’AALAYT

(Ya Allah, berilah aku hidayah sebagaimana orang yang Engkau beri hidayah. Berikan aku afiyat (kesehatan dan keselamatan) sebagaimana orang yang telah Engkau beri afiyat. Tolonglah aku sebagaimana orang yang telah Engkau beri pertolongan. Berilah keberkahan dalam pemberianMu kepadaku. Berilah aku perlindungan dari keburukan yang Engkau takdirkan. Sesungguhnya Engkaulah Hakim (penentu), sedangkan Engkau tidak ditentukan oleh seorangpun. Sesungguhnya tidaklah menjadi hina orang-orang yang Engkau tolong dan tidaklah mulya orang-orang yang memusuhiMu. Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau).

(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad)

Boleh berdoa dengan doa lain. anNawawiy rahimahullah menyatakan:

واعلم أن القنوت لا يتعين فيه دعاء على المذهب المختار ، فأي دعاء دعا به حصل القنوت ولو قنت بآية ، أو آيات من القرآن العزيز وهي مشتملة على الدعاء حصل القنوت ، ولكن الأفضل ما جاءت به السنة

Ketahuilah, sesungguhnya qunut tidaklah (harus) dengan doa tertentu menurut pendapat yang terpilih. Doa apa saja yang dipanjatkan, tercapailah qunut. Meskipun qunut dengan satu atau beberapa ayat alQuran al-Aziz yang mengandung doa, tercapailah qunut. Namun yang paling utama adalah yang berdasarkan sunnah.

(al-Adzkar karya anNawawiy (1/61))

Di masa pandemi Corona ini, kita bisa menambahkan doa dalam qunut witir, misalkan dengan lafadz:

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْوَبَاءَ

ALLAAHUMMADFA’ ‘ANNAAL WABAA’ (Ya Allah hilangkanlah wabah dari kami)

Boleh juga dengan doa-doa lain. Jika Imam membaca qunut dalam witir, makmum pun mengaminkannya. Sehingga bacaan qunut Imam adalah dengan lafadz jamak, bukan untuk dirinya sendiri. Sehingga kalau menggunakan doa dalam hadits al-Hasan cucu Nabi di atas adalah dengan kalimat ALLAHUMMAHDINAA FIIMAN HADAYT. WA ‘AAFINAA FIIMAN ‘AAFAYT…. dan seterusnya…

Sebaiknya Imam jangan memperpanjang doa dalam qunut agar tidak menyusahkan makmum.

Wallaahu A’lam

Oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan