Kebid’ahan Menyebabkan Dicabut Manisnya Hadits dalam Hati Seseorang
Ahmad bin Sinan al-Qoththon rahimahullah – wafat sekitar tahun 256 H- menyatakan:
لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدِعٌ إِلَا وَهُوَ يُبْغِضُ أَهْلَ الْحَدِيثِ وَإِذَا ابْتَدَعَ الرَّجُلُ بِدْعَةً نُزِعَتْ حَلَاوَةُ الْحَدِيثِ مِنْ قَلْبِهِ
Tidaklah ada di dunia seorang mubtadi’ (Ahlul Bid’ah) melainkan ia akan membenci Ahlul Hadits. Apabila seseorang mengada-adakan suatu bid’ah, akan dicabut manisnya hadits dari hatinya (riwayat al-Khothib al-Baghdadiy dalam Syarafu Ashabil Hadits dan dinilai sanadnya shahih oleh Syaikh Abdullah bin Abdirrahim al-Bukhari dalam Maa Hiya as-Salafiyyah. Diriwayatkan juga oleh Abu Ismail al-Harowiy dalam Dzammul Kalaam wa Ahlihi dan al-Hakim dalam Ma’rifatu Ulumil Hadits)
Penjelasan:
Ahmad bin Sinan rahimahullah adalah guru dari banyak Ulama hadits. Sebutlah sebagian murid beliau adalah al-Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, anNasaai, dan Ibnu Majah. Jangan lupakan ahli tafsir Ibnu Jarir atThobariy adalah juga termasuk murid beliau. Siapakah guru beliau? Salah satu guru Ahmad bin Sinan adalah al-Imam asy-Syafii rahimahullah. Ya, benar. Ahmad bin Sinan ini adalah salah satu murid al-Imam asy-Syafii. Tajuddin as-Subkiy memasukkan beliau dalam tingkatan pertama para Ulama Syafiiyyah dalam kitabnya Thobaqot asy-Syafiiyyah al-Kubro (2/5) pada nomor 2.
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah rahimahullah menyatakan: Maka tidaklah anda mendapati seorang Ahli Bid’ah pun melainkan ia suka menyembunyikan nash-nash (alQuran maupun hadits, pen) yang menyelisihinya. Ia pun membencinya. Tidak suka menampakkan, meriwayatkan, maupun menyampaikan hal itu. Ia juga membenci orang yang melakukan demikian (menyampaikan ayat dan hadits yang menyelisihi kebid’ahannya, pen)(Dar’u Ta’arudh al-Aql wan Naql 1/221)
Seorang yang beriman tentunya akan senang mendengarkan hadits Nabi. Begitu manisnya hadits Nabi itu dirasakan dalam hati. Namun, kebid’ahan akan menghilangkan manisnya hadits Nabi tersebut. Terutama hadits-hadits Nabi yang shahih, yang bertentangan dengan kebid’ahan yang diyakininya. Bahkan, ia akan membenci pihak yang seharusnya dicintai karena Allah, kaum muslimin dan para Ulama Ahlussunnah, Ahlul Hadits.
Penulis: Abu Utsman Kharisman