Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Para Malaikat saja malu pada beliau, Utsman bin Affan, menantu Rasul shollallahu alaihi wasallam. Tapi para pemberontak itu memang tak tahu malu.

Utsman bin Affan lah yang membebaskan sebagian lahan untuk perluasan masjid Nabawi. Beliau adalah khalifah dan orang yang paling layak menjadi imam shalat waktu itu. Namun, justru beliau dikepung rumahnya dan tertahan, tidak bisa menjadi imam lagi di masjid tersebut.

Saat Utsman bin Affan tertahan di rumah beliau, terjadi beberapa kali pergantian imam di masjid Nabawi. Di antaranya para Sahabat Nabi yang lain, dan juga pada sebagian waktu para pemberontak itu yang menjadi imam.

Di masa para pemberontak itu menjadi imam, sebagian kaum muslimin merasa tidak nyaman untuk shalat di belakang mereka. Ada perasaan sedih dan mengganjal karena imam yang sesungguhnya tertahan di rumahnya. Justru orang-orang dzhalim itu yang menjadi imam.

Ubaidullah bin Adi bin Khiyar mengungkapkan perasaannya kepada Utsman bin Affan:

إِنَّكَ إِمَامُ عَامَّةٍ وَنَزَلَ بِكَ مَا نَرَى وَيُصَلِّي لَنَا إِمَامُ فِتْنَةٍ وَنَتَحَرَّجُ

Anda adalah pemimpin umum, dan telah terjadi musibah terhadap anda seperti yang kami lihat. Saat ini para pembuat fitnah menjadi imam bagi kami, sedangkan kami merasa berat bermakmum pada mereka

Utsman bin Affan radhiyallahu anhu justru memberi nasihat yang menyejukkan dan bimbingan yang benar dalam bingkai kesabaran yang luar biasa. Utsman bin Affan menyatakan:

الصَّلَاةُ أَحْسَنُ مَا يَعْمَلُ النَّاسُ فَإِذَا أَحْسَنَ النَّاسُ فَأَحْسِنْ مَعَهُمْ وَإِذَا أَسَاءُوا فَاجْتَنِبْ إِسَاءَتَهُم

Shalat adalah amalan terbaik yang dilakukan manusia. Jika manusia berbuat baik (dalam shalatnya), berbuat baiklah bersama mereka. Jika mereka berbuat buruk, tinggalkanlah perbuatan buruk mereka (H.R al-Bukhari)

Subhanallah… Sungguh bimbingan yang menentramkan. Utsman sebenarnya mampu menyuruh para Tabiin atau sedikit Sahabat yang tersisa di Madinah untuk berjuang membela beliau. Beliau punya hak untuk itu. Namun, beliau lebih menjaga agar darah kaum muslimin tidak tumpah. Beliau bersabar untuk menjemput syahadah seperti yang dijanjikan Nabi kepada beliau.

فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ الدَّارِ وَحُصِرَ فِيهَا قُلْنَا يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَلَا تُقَاتِلُ قَالَ لَا إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَهِدَ إِلَيَّ عَهْدًا وَإِنِّي صَابِرٌ نَفْسِي عَلَيْهِ

Ketika terjadi masa pengepungan di rumah Utsman, kami berkata: Wahai Amirul Mukminin, tidakkah anda berperang (dan kami akan berjuang bersama anda)? Utsman berkata: Tidak. Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah mengambil perjanjian denganku dan aku akan berusaha sabar dalam hal itu (H.R Ahmad dari Aisyah, dishahihkan al-Hakim dan disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy)

Bimbingan nasihat Utsman itu untuk tetap shalat bermakmum meski imamnya adalah orang yang mendzhalimi beliau, sangat bermanfaat bagi kita. Bahwa bisa jadi ada imam yang bukan orang terbaik. Bahkan mungkin ia fasik, jahat, sesat, ataupun ahlul bid’ah. Namun ia masih muslim, belum kafir. Tetap sah shalat bermakmum di belakang imam demikian.

Al-Imam al-Bukhari meletakkan hadits tersebut dalam Shahihnya, pada Kitabul Jama’ah wal Imamah, Bab Imamatul Maftun wal Mubtadi’ (Ketika Orang yang Terfitnah (Sesat) dan Ahlul Bid’ah Menjadi Imam).

 

Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan