Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

KHOTBAH JUMAT DISAMPAIKAN OLEH USTADZ ABU UTSMAN KHARISMAN HAFIDZAHULLAH

Khotbah Pertama:

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَات.وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Nabi kita shollallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan bahwa agama kita ini dibangun di atas sikap anNashiihah. Sikap anNashiihah adalah sikap memurnikan kebaikan. Tulus mengharapkan kebaikan, tidak ada pengkhianatan di dalamnya. Sama kebaikan itu terlihat, baik secara lahir maupun secara batin.

Mari kita simak hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam berikut ini:

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

Dari Tamim bin Aus adDaariy –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: Agama ini adalah an-Nashiihah. Kami (para Sahabat) berkata: Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasul menjawab: untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin secara umum. (H.R Muslim)

AnNashiihah secara bahasa bisa bermakna memurnikan atau membersihkan. Juga bisa bermakna memperbaiki atau menambal kekurangan. Demikian makna tersebut disarikan dari penjelasan Ulama al-Imam al-Khoththobiy rahimahullah.

anNashiihah adalah lawan dari sikap khianat dan tipu daya. Kalau khianat dan tipu daya berarti ketidakcocokan antara sesuatu yang ditampakkan (lahiriah) dengan sesuatu yang disembunyikan (terpendam dalam hati dan direncanakan selanjutnya), maka anNashiihah adalah kejujuran dan keikhlasan; sama antara lahiriah (yang diucapkan, dikerjakan, dan ditampakkan) dengan batiniah (yang terdapat dalam hati). AnNashiihah juga bermakna kemurnian niat dan tekad untuk memberikan kebaikan kepada obyek penerima tanpa ada tendensi/ kepentingan lain.

Dalam hadits tersebut Nabi menjelaskan bahwa anNashiihah ditujukan kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin atau pemerintah kaum muslimin, dan juga kaum muslimin secara umum.

anNashiihah kepada Allah adalah memurnikan Tauhid kita kepada-Nya. Janganlah beribadah kecuali hanya kepada Allah. Imani bahwa Allah sajalah yang memiliki sifat-sifat Uluhiyyah dan Rububiyyah. Dialah satu-satunya Sang Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta. Karena Dia satu-satunya yang mampu berbuat demikian, maka seluruh bentuk ibadah harusnya hanya dipersembahkan untukNya semata.

Bagian dari sikap anNashiihah kepada Allah adalah mentauhidkan Allah dalam Nama dan Sifat-Sifat-Nya. Jika kita temui dalam alQuran maupun hadits Nabi yang shahih tentang Nama dan Sifat-Sifat Allah: imani dan tetapkan Nama dan Sifat tersebut. Jangan ditentang dan ditolak. Jangan dipalingkan pada makna yang lain. Imani secara hakiki sesuai dengan keagungan, kesempurnaan, dan kemuliaan Allah. Yakini bahwa seluruh Sifat Allah tidak sama dengan makhlukNya. Jangan pula membayangkan atau menanyakan seperti apa kaifiyat Sifat-Sifat Allah tersebut.

Termasuk anNashiihah kepada Allah adalah mencintai Allah di atas segala-galanya, mencintai dan membenci sesuatu karena Allah, menjalankan ketaatan kepada-Nya, menjauhi laranganNya, serta membenarkan khabar dariNya.

Sedangkan sikap anNashiihah terhadap Kitab Allah adalah beriman bahwa Kitab Allah itu adalah Kalam (Firman atau Ucapan) Allah yang mengandung khabar-khabar yang benar, hukum-hukum yang adil, dan kisah-kisah yang bermanfaat. Berupayalah untuk mempelajari alQuran yang merupakan salah satu Kitab Allah dan penyempurna bagi seluruh Kitab yang ada. Pelajari alQuran mulai dari cara membacanya secara benar. Pelajarilah bagaimana membaca Quran secara tepat makhrojnya, tepat sifat-sifat hurufnya, tepat hukum-hukum bacaannya, seperti yang dipelajari dalam ilmu tajwid. Kemudian, bersemangatlah untuk mempelajari kandungan makna-maknanya, menghafalkannya sesuai kemampuan, dan mengamalkan isi kandungan alQuran dalam kehidupan sehari-hari.

Jika anda sudah mempelajari alQuran dengan baik, ajarkan dan dakwahkan isi alQuran itu. Sebarkan dan dakwahkan ilmu Quran kepada saudara-saudara kita muslim yang lain.

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Bersikap anNashiihah kepada Rasul Allah adalah beriman bahwa beliau adalah Rasul (utusan) dan hamba Allah. Karena beliau adalah Rasul, maka janganlah didustakan. Setiap sabda beliau yang shahih adalah kebenaran. Imani dan yakini, meski tidak terjangkau akal atau perasaan kita. Cintai beliau di atas kecintaan kita kepada orang lain. Namun kecintaan kepada Rasul adalah kecintaan karena Allah, bukan kecintaan tandingan bagi Allah. Dahulukan ucapan Rasul di atas ucapan manusia lainnya. Jalankan perintah beliau, dan jauhi larangan beliau.

Bersemangatlah untuk mempelajari ajaran-ajaran beliau untuk diamalkan. Jalankan Sunnah Rasul dan janganlah melakukan kebid’ahan (mengada-adakan hal yang baru dalam agama ini). Jangan beribadah kepada Allah kecuali dengan syariat yang beliau tuntunkan.

Rasul kita adalah hamba Allah, karena itu janganlah beliau dituhankan. Jangan memuji beliau berlebihan sebagaimana pujian kaum Nashara terhadap Nabi Isa. Nabi kita, teladan kita, junjungan kita, adalah Muhammad shollallahu alaihi wasallam yang beliau adalah hamba dan utusan Allah. Beliau adalah hamba sehingga tidak dituhankan. Namun beliau adalah Rasul maka janganlah didustakan dan direndahkan.

باَرَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Baca Juga:

Hak Saudara Muslim

Kasih Sayang dan keadilan Ahlussunnah kepada para Makhluk Allah

Penyebab Futur (Melemahnya Semangat) Dalam Menuntut Ilmu

Khotbah Kedua:

الْحَمْدُ للهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، الْحَمْدُ للهِ مُعِزِّ مَنْ أَطَاعَهُ وَتَقَاهُ، وَمُذِّلِّ مَنْ خَالَفَ أَمْرَهُ وَعَصَاهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَمُصْطَفَاهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كثيراً أَمَّا بَعْدُ
قال الله تعالى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Sikap an-Nashiihah kepada pemimpin atau pemerintah muslim adalah dengan mengakui kepemimpinannya. Selama dia muslim menegakkan shalat dia punya hak sebagai pemimpin kita yang sah. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:

…مَا أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلَاةَ…

…Selama mereka menegakkan shalat di tengah-tengah kalian… (H.R Muslim dari Sahabat Auf bin Malik)

Termasuk bentuk sikap anNashiihah kepada pemerintah muslim adalah menaati perintahnya selama tidak dalam kemaksiatan kepada Allah. Jagalah kehormatan dan kewibawaannya di hadapan rakyat. Bantulah agar kebijakan-kebijakannya yang baik dan ma’ruf berjalan dengan sukses. Berikanlah nasihat kepadanya secara diam-diam dengan cara yang beradab (sesuai hadits ‘Iyaadh bin Ghonm). Bersabarlah terhadap kekurangan dan kedzaliman yang ada pada pemimpin muslim.

وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

Jika kalian melihat dari pemimpin kalian terdapat sesuatu yang tidak kalian sukai, bencilah terhadap perbuatan dia, namun jangan cabut ketaatan (dalam hal yang ma’ruf) kepadanya. (H.R Muslim dari Sahabat Auf bin Malik)

Saudaraku, jangan lupakan pula doa kebaikan untuk pemimpin-pemimpin kita. Agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa, kasih sayang terhadap kaum beriman, serta bersikap adil dalam kebijakan-kebijakannya.

Bentuk anNashiihah yang terakhir, adalah anNashiihah kepada kaum muslimin secara umum. Kaum muslimin adalah saudara kita. Jagalah lisan dan perbuatan kita jangan sampai menyakiti saudara kita sesama muslim.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Seorang muslim (yang sejati) adalah seseorang yang muslim lainnya selamat dari lisan dan tangannya. (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr)

Perlakukan saudara kita muslim, sebagaimana kita suka diperlakukan demikian. Senanglah kebaikan terjadi kepada saudara sesama muslim sebagaimana kita senang hal itu terjadi pada diri kita. Jauhkan perasaan hasad.

Berusahalah untuk menyebar kemaslahatan bagi kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari segala mudharat (bahaya). Tutupilah aib sesama saudara muslim. Berdakwahlah, sampaikan ilmu, lakukan amar ma’ruf dan nahi munkar kepada mereka dengan ikhlas dan hikmah. Jika ada di antara mereka yang berbuat kesalahan dan tidak terang-terangan dalam berbuat kesalahan, maka dinasehati dengan cara yang baik dan secara sembunyi-sembunyi (tidak ditampakkan kepada orang lain).

Al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata:

مَنْ وَعَظَ أَخَاهُ سِرًّا فَقَدْ نَصَحَهُ وَزَانَهُ وَمَنْ وَعَظَهُ عَلاَنِيَةً فَقَدْ فَضَحَهُ وَخَانَهُ

Barangsiapa yang memberikan nasihat kepada saudaranya secara sembunyi-sembunyi maka sungguh ia telah bersikap anNashiihah kepadanya dan memperindahnya. Barangsiapa yang memberikan nasihat kepadanya secara terang-terangan, maka sungguh ia telah membongkar aibnya dan berkhianat kepadanya. (Hilyatul Awliyaa’ (9/140))

Seringlah beristighfar, memohonkan ampunan Allah untuk diri kita sendiri maupun kaum muslimin secara umum.

مَنِ اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لِلْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ وَ مُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً

Barangsiapa yang beristighfar untuk orang beriman laki-laki dan wanita maka Allah akan catatkan kebaikan untuknya sebanyak jumlah orang-orang beriman laki-laki dan wanita. (H.R atThobaroniy, dinyatakan sanadnya jayyid oleh al-Haitsamiy)

Lafadz istighfar tersebut bisa berupa: Allaahummaghfir lii wa lil mukminin wal mukminaat atau Robbighfir lii wa lil mukminiin wal mukminaat, dan semisalnya. Bisa juga dengan doa dalam bahasa yang kita pahami sendiri: Ya Allah, ampunilah aku dan seluruh orang beriman laki-laki dan wanita.

Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa memberikan rahmat, taufiq, kemudahan, dan pertolongan kepada segenap kaum muslimin menuju segala kebaikan.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا…
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ ,”إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Tinggalkan Balasan