Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Nabi Berkurban untuk Diri, Keluarga, dan Umat Beliau

Kajian Bulughul Maram Tentang Penyembelihan Kurban (Bag Ke-2)
Kitabul Ath’imah Bab Al-adhohiy

Matn Hadits:

وَلَهُ: مِنْ حَدِيثِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا; – أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ, يَطَأُ فِي سَوَادٍ, وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ, وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ; لِيُضَحِّيَ بِهِ, فَقَالَ: اِشْحَذِي الْمُدْيَةَ, ثُمَّ أَخَذَهَا, فَأَضْجَعَهُ, ثُمَّ ذَبَحَهُ, وَقَالَ: بِسْمِ اللَّهِ, اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ, وَمِنْ أُمّةِ مُحَمَّدٍ

Dan diriwayatkan juga olehnya (al-Imam Muslim) dari hadits Aisyah -semoga Allah meridhainya-:
Beliau (Nabi) memerintahkan domba jantan yang bertanduk, hitam pada kakinya, hitam pada perutnya dan hitam di sekitar matanya dipersiapkan untuk beliau sembelih (sebagai kurban). Beliau bersabda: “Asahlah pisaunya.” Kemudian beliau mengambilnya, membaringkan domba jantan itu kemudian menyembelihnya. Beliau mengucapkan: “BISMILLAH, ALLAHUMMA TAQOBBAL MIN MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD WA MIN UMMATI MUHAMMAD (Dengan Nama Allah, Ya Allah terimalah ini dari Muhammad, keluarga Muhammad dan dari umat Muhammad).”


Baca Bagian Sebelumnya: Nabi Berkurban dengan Domba Jantan


Penjelasan:

Abu Dawud rahimahullah mengisyaratkan bahwasanya sifat-sifat domba jantan yang disebutkan dalam hadits ini termasuk sifat-sifat yang diharapkan (dianjurkan). Yaitu bertanduk, berwarna putih (dominan) dan bercampur hitam. Bagian hitam adalah pada kaki, perut, dan sekitar mata. Dalam Sunan Abi Dawud, hadits itu diletakkan pada nomor pertama dalam Bab Maa Yustahabbu Minad Dhohaaya (Hal-hal yang Dianjurkan ada pada Binatang Kurban).

Sedangkan as-Shon’aaniy cenderung berpendapat bahwa warna binatang tersebut bukanlah sesuatu yang dipandang sebagai keutamaan.

Domba yang disembelih Nabi adalah domba jantan. Itulah yang utama. Namun, bukanlah syarat dan keharusan binatang kurban jantan. AnNawawiy menjelaskan dalam al-Majmu’ bahwa boleh betina. Demikian juga penjelasan al-Lajnah ad-Daaimah dalam fatwanya.

Dalam hadits ini terdapat perintah untuk menajamkan pisau yang akan digunakan menyembelih. Beliau memerintahkan kepada Aisyah radhiyallahu anha: Asahlah pisaunya. Pisau yang tajam dalam menyembelih adalah termasuk bagian perbuatan ihsan terhadap hewan yang akan disembelih. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang lain:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan (berlaku baik) pada segala hal, maka jika kalian membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisau dan memberi kelapangan bagi hewan yang akan disembelihnya (H.R Muslim dari Syaddad bin Aus)


Artikel penting lainnya: Kasih Sayang pada Semua Makhluk


Pada saat mengasah pisau itu tidak boleh diperlihatkan pada hewan yang akan disembelih tersebut. Dalam hadits riwayat atThobaroniy dari Ibnu Abbas, Nabi pernah melewati seorang laki-laki meletakkan kakinya pada sisi leher binatang yang akan disembelih dan ia mengasah pisaunya dalam keadaan hewan itu memandang ke arahnya. Nabi pun bersabda:

أَفَلَا قَبْلَ هَذَا؟ تُرِيدُ أَنْ تُمِيتَهَا مَوْتَتَيْنِ

Mengapa (pengasahan pisau itu) tidak dilakukan sebelum ini? Apakah ia ingin mematikan hewan itu dua kali? (H.R atThobaroniy, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)

Dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa proses penyembelihan kambing (juga sapi) adalah dengan dibaringkan. anNawawiy menjelaskan bahwa dibaringkannya adalah pada sisi kiri tubuh hewan sembelihan tersebut (al-Minhaj syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaaj (13/122)).

Apakah posisi binatang kurban yang akan disembelih harus dihadapkan ke arah kiblat?

Al-Lajnah ad-Daaimah berpendapat bahwasanya termasuk sunnah dalam penyembelihan adalah menghadapkan binatang yang akan disembelih ke arah kiblat. Tetapi, hal itu bukanlah termasuk syarat sah penyembelihan. Artinya, jika dilakukan penyembelihan tidak menghadap ke arah kiblat, sembelihannya sah dan dagingnya halal dimakan.

Dalam hadits ini Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika menyembelih mengucapkan Bismillah, kemudian mengucapkan: ALLAHUMMA TAQOBBAL MIN MUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD WA MIN UMMATI MUHAMMAD (Ya Allah, terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad dan dari umat Muhammad). Hal ini menunjukkan dianjurkannya mengucapkan ungkapan semacam itu ketika menyembelih. Hanya saja bagi kaum muslimin yang lain tidak memiliki umat. Seorang yang menyembelih kurban bisa mengucapkan permohonan kepada Allah agar menerima kurban dari dirinya atau orang lain beserta keluarganya. Misalkan yang berkurban adalah Ahmad bersama keluarganya, bisa dinyatakan dengan: ALLAHUMMA TAQOBBAL MIN AHMAD WA AHLI BAITIHI. Atau ungkapan semakna itu.

Dalam hadits ini disebutkan bahwa Nabi juga berkurban untuk umatnya. Hal itu menunjukkan kasih sayang beliau pada umatnya. Jika kita mengingat akan hal ini, bisa menambah cinta kita kepada beliau. Beliau adalah manusia yang seharusnya paling kita cintai. Tentunya cinta kita kepada beliau haruslah karena Allah, bukan tandingan terhadap Allah.

Di dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi berkurban juga untuk umat beliau yang tidak berkurban.

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَضْحَى بِالْمُصَلَّى فَلَمَّا قَضَى خُطْبَتَهُ نَزَلَ مِنْ مِنْبَرِهِ وَأُتِيَ بِكَبْشٍ فَذَبَحَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ وَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

Dari Jabir bin Abdillah ia berkata: Aku menyaksikan (pelaksanaan Iedul) Adha bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam di musholla (tanah lapang tempat shalat Ied). Ketika beliau menyelesaikan khotbahnya, beliau turun dari mimbar. Didatangkan kepada beliau kambing jantan. Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyembelih dengan tangannya dan berkata: BISMILLAH WALLAAHU AKBAR HAADZA ‘ANNII WA ‘AMMAN LAM YUDHOHHI MIN UMMATII (Dengan Nama Allah, dan Allah adalah Yang Terbesar. Ini adalah dariku dan dari umatku yang tidak berkurban) (H.R Abu Dawud, dishahihkan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

 

Penulis:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan