Hak Nafkah Bagi Istri Tetap Berlaku Meski Istri Berpenghasilan
Pertanyaan:
Fadhilatusy Syaikh, jika seorang wanita menjadi pengajar dan mendapatkan penghasilan rutin, apakah tetap wajib bagi seorang suami untuk memberikan nafkah kepadanya atau gugur kewajiban pemberian nafkahnya?
Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:
Seorang suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya. Meskipun istrinya kaya. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
ليُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ
Hendaknya orang yang berkelapangan memberikan nafkah sesuai kelapangannya. Barang siapa yang disempitkan rezekinya hendaknya memberikan nafkah sesuai dengan pemberian Allah kepadanya (Q.S atTholaq ayat 7).
Demikian juga berdasarkan sabda Nabi –semoga sholawat dan salam tercurah kepada beliau dan keluarganya-:
لَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ
Mereka berhak mendapatkan rezeki (pemberian) dan pakaian secara ma’ruf (H.R Muslim)
Namun sebaiknya bagi seorang istri jika suaminya fakir, sedangkan sang istri memiliki kelapangan harta untuk membantu urusan (kebutuhan) rumah, keluarga, dan dirinya juga. Meskipun memang suami terkenai kewajiban untuk memberi nafkah untuk sang istri dan anaknya.
Sumber: al-Liqa’usy Syahriy 38/26
Transkrip dalam Bahasa Arab
السؤال
فضيلة الشيخ: إذا كانت المرأة معلمة وتقبض راتباً، فهل يجب على الزوج أن ينفق عليها أم تسقط عنه النفقة؟
أجاب عنه الشيخ ابن عثيمين رحمه الله تعالى:
الزوج يجب عليه أن ينفق على زوجته ولو كانت غنية؛ لقول الله تعالى: {ليُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ} [الطلاق:7] ؛ ولقول النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم: (لهن عليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف) لكن ينبغي للزوجة إذا كان زوجها فقيراً وليس ذا سعة من المال ينبغي لها أن تساعده على مئونة البيت ومئونة العيال ومئونة نفسها أيضاً، وإلا فإن الزوج ملزم بنفقتها ونفقة أولادها منها
اللقاء الشهري
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman