Terimalah Kritikan Ilmiah, Jangan Fanatik Buta Kepada Ustadz
Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali hafidzahullah mengingatkan,
Sekarang, seorang pelajar pemula bisa menjadi pengobar fitnah. Dia sengaja membuat fitnah itu berkobar di antara ahlussunnah. Lalu tiba-tiba saja dia menjadi sosok panutan yang diikuti.
Padahal dia baru saja memulai belajar kemarin lusa, namun sudah menjadi seorang ustadz. Bahkan dia memiliki pengikut yang membelanya. Para pengikutnya tersebut tidak menerima kritikan apapun terhadap junjungannya, meski kritikan tersebut berdasarkan hujah dan bukti-bukti.
Sehingga saat ada orang yang mengkritiknya dengan membawakan hujah dan bukti-bukti, seakan dunia berguncang. Mereka benar-benar membela dan bersikap fanatik terhadapnya.
Sebenarnya sang ustadz kasihan, dia masih seorang penuntut ilmu, bisa jadi memang ada sisi kebaikan pada dirinya. Tapi masalahnya mengapa sampai terjadi sikap fanatik semacam itu?! Itulah perangai hizbiyun yang disusupkan di tengah-tengah sebagian komunitas salafy. Demi Allah perangai semacam ini (sebelumnya) tidak pernah ada pada kita (ahlussunnah).
Sumber: Al Bayan Wa Al Idhah hal. 104-105
Naskah asli dalam bahasa Arab:
الآن طُويلبٌ صاحبُ فتن يتعمَّد إثارةَ الفتن بين أهل السنة، فيصبح إماماً بين عشيَّة وضُحاها، جلس يدرس يومين خلاص أستاذ، وله عُصبة يتحزّبون له، ولا يقبلون فيه أيَّ نقد مهما حمل هذا النقدُ من الحُجج والبراهين، وإذا انتقده إنسانٌ بالحُجج والبراهين قامت الدنيا وقعدت. وهؤلاء يتحزّبون ويتعصّبون له. وقد يكون هذا الأستاذُ مسكيناً طالبَ علم، هو فيه خير. لكنْ لماذا العصبيّات هذه.!؟ يعني أخلاق الحزبيين تسلَّلت إلى بعض السلفيين. والله ما كانت هذه الأخلاقُ بيننا
المصدر: البيان والإيضاح (104-105)
Penerjemah: Abu Dzayyal Muhammad Wafi