Panduan Ringkas Sebagai Imam Shalat Bag 7: Imam Memperhatikan Keadaan Makmum
Nabi shollallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan kepada para imam untuk jangan menyulitkan makmum dengan memperpanjang bacaan dalam shalat.
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ النَّاسَ فَلْيُخَفِّفْ فإنَّ فِيهِم الصَّغِيرَ والكَبِيرَ وَالضَّعِيفَ والمَرِيضَ فَإذَا صَلَّى وَحْدَهُ فَلْيُصَلِّ كَيفَ شَاءَ
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian menjadi imam shalat, ringankanlah. Karena pada mereka (makmum) terdapat anak kecil, orang lanjut usia, orang lemah, orang sakit. Jika ia shalat sendirian, silakan ia shalat sesuai dengan yang dia inginkan (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim)
Ketika Muadz bin Jabal mengimami dalam shalat Isya dengan bacaan surah alBaqoroh, Nabi menasihatinya dan menganjurkan Muadz untuk membaca surah-surah yang kadar panjangnya adalah seperti surah asy-Syams (15 ayat/ setengah halaman), al-A’laa (19 ayat/ setengah halaman lebih sedikit), al-‘Alaq (19 ayat/ setengah halaman lebih sedikit), dan al-Lail (21 ayat/ setengah halaman lebih sedikit).
عَن جابِرٍ أَنَّهُ قَالَ: صَلَّى مُعَاذُ بنُ جَبَلٍ الأنْصَارِيُّ لأَصْحَابِهِ العِشَاءَ. فَطَوَّلَ عليهم فَانْصَرَفَ رَجُلٌ مِنَّا. فَصَلَّى فَأُخْبِرَ مُعَاذٌ عنْه فَقالَ: إنَّه مُنَافِقٌ فَلَمَّا بَلَغَ ذلكَ الرَّجُلَ دَخَلَ علَى رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ فأخْبَرَهُ ما قالَ مُعَاذٌ فَقالَ له النبيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: أتُرِيدُ أنْ تَكُونَ فَتَّانًا يا مُعَاذُ؟ إذَا أمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْ بـالشَّمْسِ وضُحَاهَا، وسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأعْلَى، واقْرَأْ باسْمِ رَبِّكَ، واللَّيْلِ إذَا يَغْشَى
dari Jabir –semoga Allah meridhainya- bahwasanya ia berkata: Muadz bin Jabal alAnshariy –semoga Allah meridhainya- sholat Isya bersama para Sahabatnya. Muadz memperpanjang bacaan saat sholat bersama mereka. Kemudian ada seseorang yang (memisahkan diri dari sholat berjamaah) dan sholat (sendirian). Muadzpun diberi tahu akan hal itu. Muadz berkata: Sesungguhnya dia munafik. Ketika (ucapan Muadz) itu sampai pada laki-laki tersebut, ia pergi menemui Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dan mengkhabarkan kepada beliau ucapan Muadz. Nabi shollallahu alaihi wasallam berkata kepada Muadz: Apakah engkau ingin menjadi orang yang banyak menimbulkan fitnah wahai Muadz? Jika engkau mengimami manusia, bacalah: wasysyamsi wa dluhaaha, sabbihisma robbikal A’laa, Iqro’ bismirobbik, dan wallaili idzaa yaghsyaa (H.R Muslim)
Adapun dalam shalat Subuh, memang kadar bacaannya boleh lebih panjang dari itu. Sebagaimana sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam shalat Subuh di hari Jumat adalah pada rakaat pertama membaca surah as-Sajdah dan di rakaat kedua membaca al-Insaan.
عَن أَبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ كانَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَقْرَأُ في الجُمُعَةِ في صَلاةِ الفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ، وهلْ أتَى علَى الإنْسانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ
Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Nabi shollallahu alaihi wasallam pada hari Jumat di shalat Subuh membaca Alif Laam Miim Tanzil asSajdah dan Hal Ataa ‘alal Insaani hiinun minad dahr (H.R al-Bukhari)
As-Sajdah memang hanya 30 ayat, tapi terdiri dari 3 halaman mushaf. Sedangkan al-Insaan adalah 31 ayat yang terdiri dari sekitar 2 halaman mushaf.
Imam juga tidak boleh terlalu cepat bacaan maupun gerakannya. Harus thuma’ninah. Jika tidak thuma’ninah, tidak sah shalatnya, karena thuma’ninah adalah salah satu rukun dalam shalat. Bahkan, sebaiknya imam memberi kesempatan makmum agar bisa melaksanakan sunnah-sunnah dalam shalat.
Misalkan, saat ruku’ bacaan ruku’ dibaca imam 5 kali agar makmum bisa membacanya setidaknya 3 kali. Demikian juga saat sujud. Dalam Syarh Sunan Ibnu Majah (yang salah seorang penulisnya adalah AsSuyuthi) dinyatakan:
وروي عن ابن المبارك أنه قال: يستحب للإمام أن يسبح خَمس تسبيحات لكي يدرك من خلفه ثلَاث تسبيحات
Dan diriwayatkan dari Ibnul Mubaarok bahwasanya ia berkata : disukai bagi imam untuk bertasbih 5 kali (dalam ruku‟ dan sujud) agar orang yang di belakangnya bisa membaca 3 kali tasbih (Syarh Sunan Ibnu Majah juz 1 halaman 64 karya AsSuyuthy, Abdul Ghony, dan Fakhrul Hasan ad-Dahlawy).
Ibnu Rajab menyatakan:
وقال بعض أصحابنا: يكره للإمام أن ينقص عن أدنى الكمال فِي الركوع والسجود، ولَا يكره للمنفرد؛ ليتمكن المأموم من سنة المتابعة
Sebagian Sahabat kami menyatakan : dimakruhkan bagi imam untuk mengurangi (jumlah bacaan tasbih) dari batas minimum kesempurnaan pada waktu ruku’ dan sujud, tidak dimakruhkan bagi orang yang shalat sendirian, (hal yang demikian itu) supaya memungkinkan bagi makmum untuk menjalankan sunnah mutaaba’ah (mengikuti imam,pent) (Fathul Baari karya Ibnu Rojab juz 5 halaman 63)