Penjelasan Tentang Sihir dan Hukuman Terhadap Pelaku Sihir (Bagian Pertama)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-88)
BAB KE-24 : SIHIR
Pendahuluan
Makna sihir secara bahasa adalah sesuatu yang penyebabnya samar/ tersembunyi. Gabungan huruf sin-ha’-ro’ (سحر) dalam bahasa Arab sering bermakna sesuatu yang samar tersembunyi. Seperti kata as-sahar atau sahur yang artinya makan di saat yang tersembunyi (tidak menampakkan secara jelas). Demikian juga as-suhru artinya paru-paru, suatu organ yang terletak tersembunyi dalam tubuh.
Secara (istilah) syar’i, sihir terbagi menjadi 2:
Pertama, al-haqiqiy
Yaitu suatu perbuatan (sihir) yang mempengaruhi badan dan hati. Mempengaruhi badan hingga menyebabkan sakit atau bahkan bisa meninggal dunia. Mempengaruhi pikiran sehingga seakan-akan orang itu mengerjakan sesuatu padahal tidak.
Sedangkan pada hati, seperti menimbulkan perasaan cinta berlebihan atau kebencian berlebihan pada seseorang. Seperti menyebabkan seorang istri sangat membenci suaminya atau sebaliknya. Atau pengasihan, yaitu menyebabkan seseorang sangat mencintai sesuatu yang sebelumnya dia benci.
Kedua, at-Takhyiiliy
yaitu sihir yang mempengaruhi penglihatan, sehingga melihat sesuatu bukan seperti kenyataannya. Seperti yang dilakukan tukang sihir yang melawan Nabi Musa, mereka menyihir penglihatan manusia seakan-akan tongkat dan tali mereka berubah menjadi ular yang bergerak cepat.
فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
Ketika mereka melemparkan (tali dan tongkat), mereka menyihir penglihatan manusia dan membuat manusia takut. Mereka mendatangkan sihir yang besar (Q.S al-A’raaf ayat 116).
Termasuk jenis sihir atTakhyiiliy ini adalah menampakkan sesuatu seperti uang yang sebenarnya, kemudian bertransaksi pembelian dengan uang itu, kemudian setelah ditinggal pergi, benda itu berubah wujud lagi menjadi benda yang tidak bernilai (seperti daun atau semisalnya).
(disarikan dari syarh Nawaaqidh al-Islam karya Syaikh Sholih al-Fauzan hal 142-145).
Sihir tidaklah mampu menimbulkan kemudharatan (bencana, marabahaya) kecuali atas idzin Allah.
وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللّهِ
…Dan para tukang sihir itu tidaklah mampu menimbulkan mudharat kepada siapapun kecuali atas idzin Allah.. (Q.S al-Baqoroh ayat 102)
Sihir merupakan kekafiran jika dengan perantaraan Syaithan (Majmu’ Fataawa wa Rasaail Syaikh Ibn Utsaimin jilid 2 Bab Sihir)
Pencegahan dari pengaruh sihir berdasarkan sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam di antaranya: membaca ayat Kursiy (surat al-Baqoroh ayat 255) setiap selesai sholat, membaca ayat Kursiy sebelum tidur, membaca 3 surat (al-Ikhlas, al-Falaq, anNaas) setiap selesai sholat fardlu, dan ketiga surat itu dibaca masing-masing 3 kali selepas sholat Subuh dan selepas sholat Maghrib, membaca dua ayat terakhir surat al-Baqoroh di waktu malam, mengucapkan a’udzu bi kalimaatillaahit taammaati min syarri maa kholaq setiap singgah di suatu tempat, membaca bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi walaa fissamaa-i wa huwas sami’ul ‘aliim 3 kali di awal pagi dan di awal malam.
Baca Juga:
- Meruqyah Diri Sendiri atau Orang Lain yang Sakit dengan al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Naas
- Tuntunan Permohonan dengan Nama Allah agar Tidak Ada apapun yang Memudaratkan Kita
Selain pencegahan, dzikir-dzikir dan doa ini juga merupakan beberapa senjata yang terbaik dalam mengobati pengaruh sihir setelah terjadinya dengan memperbanyak sikap tadhorru’ (banyak memohon dan menghiba) di hadapan Allah.
Pengobatan jika telah terkena sihir atau sakit lain berdasarkan Sunnah Nabi, di antaranya doa:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَاسَ اشْفِهِ وَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
Ya Allah Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah. Engkaulah Sang Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, suatu penyembuhan yang tidak menimbulkan sakit (H.R al-Bukhari)
بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ أَوْ حَاسِدٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ
Dengan Nama Allah aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitkanmu, dari segala jiwa atau mata yang hasad. Allah yang menyembuhkanmu. Dengan Nama Allah aku meruqyahmu (H.R Ibnu Majah dari Abu Sa’id al-Khudriy)
(disarikan dari Hukmus Sihr wal Kahaanah karya Syaikh Abdul Aziz bin Baz)
Di antara bentuk pencegahan dan pengobatan dari pengaruh sihir adalah dengan memakan 7 kurma ‘ajwah (kurma Madinah) di pagi hari.
مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ
Barangsiapa yang di pagi hari memakan 7 kurma ‘ajwah, maka tidak akan memudharatkannya (menimbulkan bahaya baginya) racun dan sihir pada hari itu (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Sa’ad bin Abi Waaqosh)
Kurma ‘ajwah adalah kurma yang sudah dikenal baik oleh penduduk Madinah. Sebagian Ulama, di antaranya Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan bahwa diharapkan ada faidah serupa pada kurma lain selain kurma ‘ajwah. Hendaknya 7 butir kurma tersebut menjadi makanan pertama yang dimakan di pagi hari sebelum makanan lainnya.
Nabi shollallahu alaihi wasallam juga pernah terkena sihir. Beliau adalah manusia biasa yang bisa mengalami hal-hal yang dialami manusia. Namun, pengaruh sihir tersebut tidak sampai mempengaruhi penerimaan dan penyampaian wahyu atau menyebabkan beliau mengerjakan hal-hal yang terlarang secara syar’i (disarikan dari Fatwa al-Lajnah ad-Daaimah pertanyaan kedua no 4015).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ
Dari Aisyah radhiyallahu anha beliau berkata: Seorang laki-laki yang disebut Labiid bin al-A’shom dari Bani Zuraiq menyihir Rasulullah shollallahu alaihi wasallam hingga tergambarkan pada bayangan Rasulullah bahwa beliau mengerjakan sesuatu padahal beliau tidak mengerjakan itu. Hingga pada suatu hari atau suatu malam pada saat beliau di sisi saya, beliau berdoa dan berdoa kemudian beliau berkata: Wahai Aisyah apakah engkau merasa bahwa Allah mengabulkan doaku (karena pengaruh sihir) ini. Telah datang kepadaku dua orang lelaki (Malaikat). Salah satunya duduk di dekat kepalaku dan yang lain duduk di dekat kakiku. Salah seorang dari mereka berkata: Sakit apa laki-laki ini? Satu Malaikat lain menjawab: Ia terkena sihir. Malaikat tadi bertanya: Siapa yang menyihirnya? Malaikat lain menjawab: Labiid bin al-A’shom. Malaikat tadi bertanya: Dengan apa? Malaikat lain menjawab: dengan bekas sisir, rontokan rambut, dan kelopak serbuk sari pohon kurma. Malaikat tadi bertanya: Di mana letaknya? Malaikat lain menjawab: Di sumur Dzarwan. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersama sebagian Sahabatnya mendatangi sumur itu. Aisyah mengatakan air sumur itu bagaikan rendaman pacar (inai; kemerahan). Dan kepala pohon kurma itu bagaikan kepala Syaithan. Aisyah berkata: Wahai Rasulullah, tidakkah anda mengeluarkannya (dalam riwayat lain: membakarnya). Rasul menyatakan: Allah telah memberikan afiyat (kesembuhan) kepadaku dan aku tidak ingin membangkitkan keburukan kepada manusia. Kemudian Nabi memerintahkan agar (sumur) itu dikubur (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Tidak boleh menghilangkan sihir dengan sihir juga atau dengan perbuatan yang haram. Menghilangkan sihir dengan sihir disebut dengan nusyroh (Fatwa al-Lajnah ad-Daaimah no 837). Nabi menyebut nusyroh sebagai perbuatan Syaithan:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النُّشْرَةِ فَقَالَ هُوَ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
Dari Jabir bin Abdillah –radhiyallahu anhu- beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam ditanya tentang anNusyroh (menghilangkan pengaruh sihir dengan perantaraan sihir). Beliau bersabda: Itu termasuk perbuatan Syaithan (H.R Abu Dawud)
Sedangkan menghilangkan pengaruh sihir dengan ruqyah syar’i bacaan-bacaan ayat al-Quran atau dzikir dan doa yang diajarkan Nabi, maka yang demikian tidak mengapa, bahkan berpahala.
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman