Bab Ke-19: Sebab Kesyirikan Anak Adam Adalah Sikap Berlebihan Terhadap Orang Sholih (Bagian Pertama)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-66)
Pendahuluan
Bab ini menjelaskan penyebab kesyirikan anak Adam yang pertama adalah sikap melampaui batas dalam memperlakukan orang-orang shalih, sehingga mereka (orang-orang shalih itu) disembah. Akan ditunjukkan dalil yang menunjukkan hal itu yang terjadi pada kaum Nuh. Demikian juga sikap Yahudi dan Nashara yang meyakini bahwa Nabi mereka sebagai anak Allah. Sikap melampaui batas terhadap Nabi dan orang-orang shalih akan menyeret seseorang kepada kesyirikan.
Karena itu, Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam telah memperingatkan umatnya dari sikap memperlakukan atau memuji beliau berlebihan, karena itu bisa menjerumuskan pada kesyirikan.
Seharusnya, sikap seorang beriman terhadap Nabi dan orang-orang Shalih adalah memuliakan mereka sesuai batas-batas syar’i, mengikuti petunjuk dan nasehat-nasehat mereka, dan berakhlak sesuai akhlak mereka yang baik.
Sikap melampaui batas tidaklah baik dalam setiap keadaan. Seorang yang melampaui batas dalam menjalankan ibadah atau Dien, bukan sesuai dengan batasan-batasan syar’i akan menimbulkan mudharat dan kerugian-kerugian baik di dunia maupun di akhirat.
Baca bagian sebelumnya: Bab Ke-18: Firman Allah Ta’ala: Sesungguhnya Engkau Tidak Bisa Memberi Petunjuk Kepada Orang yang Engkau Cintai (Bagian Kedua)
Dalil Pertama
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
Wahai Ahlul Kitab, janganlah kalian bersikap melampaui batas dalam (berkeyakinan atau beramal) pada Dien kalian
(Q.S anNisaa’ ayat 171 dan al-Maaidah ayat 77)
Penjelasan Dalil Pertama
Ahlul Kitab adalah kaum yang diturunkan kepadanya Kitab Allah, yaitu Taurat kepada umat Nabi Musa dan Injil kepada umat Nabi Isa. Sedangkan kaum Arab sebelum diutusnya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam disebut kaum Ummi, yaitu kaum yang tidak membaca, karena tidak diturunkan kepada mereka Kitab Allah untuk dibaca.
Allah berfirman kepada Ahlul Kitab, yaitu Yahudi (umat Nabi Musa) dan Nashara (umat Nabi Isa), agar jangan bersikap melampaui batas (ghuluw) dalam beragama. Harusnya mereka berkeyakinan dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan Kitab yang diturunkan kepada mereka, tidak boleh melampaui batasan-batasan yang telah ditetapkan. Tapi justru mereka berkeyakinan yang melampaui batas terhadap Nabi mereka. Kaum Nashara menganggap Isa sebagai anak Allah, padahal Isa ‘alaihissalam adalah hamba dan utusan Allah. Sedangkan kaum Yahudi menganggap ‘Uzair sebagai anak Allah. Padahal ‘Uzair adalah hamba dan Nabi Allah.
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan Yahudi berkata bahwa Uzair adalah anak Allah, dan Nashara berkata bahwa al-Masih (Isa) adalah anak Allah. Itu adalah ucapan dengan mulut mereka yang menyerupai ucapan orang-orang musyrik sebelumnya. Allah melaknat mereka. Bagaimana mereka bisa dipalingkan? (Q.S atTaubah ayat 30)
Penulis:
Abu Utsman Kharisman