Bab Ke-14: Beristighotsah dan Berdoa kepada Selain Allah adalah Kesyirikan (Bag.5)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-55)
Dalil Keempat:
أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ
(Apakah selain Allah lebih layak untuk disembah) ataukah (Allah) yang mampu mengabulkan (permohonan) orang yang sangat membutuhkan ketika berdoa kepadaNya dan menghilangkan keburukan (musibah), serta menjadikan kalian pengganti (bagi generasi sebelumnya) di muka bumi. Apakah ada sesembahan (yang haq) selain Allah?! Sangat sedikit yang mau mengingat (dan mengambil pelajaran).
(Q.S anNaml ayat 62)
Penjelasan Dalil Keempat:
Allah mengingatkan dalam ayat ini: Siapakah satu-satunya yang mengabulkan doa orang yang sangat membutuhkan dan terdesak keadaan ketika ia berdoa kepadaNya? Jawabannya jelas: hanya Allah satu-satunya. Tidak ada yang lain. Jika demikian, maka istighotsah dan doa tidak layak ditujukan kecuali hanya kepada Allah.
عَنْ أَبِي تَمِيمَةَ الْهُجَيْمِيِّ عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَلْهُجَيْمٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَامَ تَدْعُو قَالَ أَدْعُو إِلَى اللَّهِ وَحْدَهُ الَّذِي إِنْ مَسَّكَ ضُرٌّ فَدَعَوْتَهُ كَشَفَ عَنْكَ وَالَّذِي إِنْ ضَلَلْتَ بِأَرْضٍ قَفْرٍ دَعَوْتَهُ رَدَّ عَلَيْكَ وَالَّذِي إِنْ أَصَابَتْكَ سَنَةٌ فَدَعَوْتَهُ أَنْبَتَ عَلَيْكَ قَالَ قُلْتُ فَأَوْصِنِي قَالَ لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا وَلَا تَزْهَدَنَّ فِي الْمَعْرُوفِ وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي وَاتَّزِرْ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الْإِزَارِ فَإِنَّ إِسْبَالَ الْإِزَارِ مِنْ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَا يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ
Dari Abu Tamiimah al-Hujaimiy dari seorang laki-laki dari Balhujaim beliau menyatakan: Aku berkata : Wahai Rasulullah, kepada siapakah engkau berdoa? Rasul menjawab: Aku berdoa kepada Allah satu-satunya yang jika kemudharatan menimpamu, kemudian engkau berdoa kepadaNya, Dia akan menghilangkan kemudharatan itu darimu. Dan Dialah yang jika engkau tersesat di tanah yang kering kemudian engkau berdoa kepadaNya, maka Dia akan menjawab seruanmu. Dan Dialah yang jika engkau tertimpa kekeringan, kemudian engkau berdoa kepadaNya, Dia akan menumbuhkan (tumbuh-tumbuhan) untukmu. Kemudian ia berkata: Berilah aku wasiat. Nabi bersabda: Janganlah sekali-kali mencela seorangpun. Dan janganlah meremehkan kebaikan meskipun itu adalah engkau menemui saudaramu dalam keadaan bermuka cerah, meskipun (kebaikan itu) adalah menuangkan air dari embermu ke bejana orang yang meminta air, dan pakailah sarung hingga setengah betis. Jika engkau tidak mau, hingga kedua mata kaki. Dan hati-hati engkau dari isbaal (menjulurkan kain dari atas ke bawah hingga mata kaki) pada sarung. Karena isbaal pada sarung adalah termasuk kesombongan. Dan sesungguhnya Allah Tabaaroka Wa Ta’ala tidak menyukai kesombongan (H.R Ahmad, seluruh perawinya adalah rijaal al-Bukhari, dishahihkan al-Albaniy)
Pada ayat ini Allah ingatkan juga kepada kaum musyrikin yang mereka mengakui bahwa hanya Allah saja yang bisa mengabulkan doa orang yang berada dalam kegentingan, antara hidup dan mati. Seperti saat kaum musyrikin itu diombang-ambingkan ganasnya lautan, mereka merasa kematian sudah sangat dekat, kemudian mereka ikhlas berdoa hanya kepada Tuhan Pencipta kehidupan satu-satunya yaitu Allah, semua sesembahan lain mereka lupakan semua, hingga saat Allah selamatkan mereka, kembalilah mereka berbuat kesyirikan. Atau setelah Allah selamatkan mereka, perilaku mereka biasa-biasa saja, seakan-akan tidak ada kejadian luar biasa baru mereka alami. Tidak ada ungkapan syukur dalam ucapan atau perbuatan mereka, padahal baru saja nyawanya diselamatkan. Tetap saja santai (tidak bertambah ibadah dan tidak semakin menjauh dari kemaksiatan) seakan-akan tidak ada sesuatu hal istimewa yang telah dialami.
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمَا يَجْحَدُ بِآَيَاتِنَا إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ
Dan ketika mereka diselimuti oleh ombak (besar) bagaikan gunung dan awan, mereka berdoa kepada Allah secara ikhlas. Ketika Allah selamatkan mereka ke daratan, di antara mereka ada yang amalannya biasa-biasa saja (tidak ada syukur), (dan sebagian mereka ada yang kafir). Dan Tidaklah menentang ayat-ayat Kami kecuali setiap orang yang sangat berkhianat lagi sangat ingkar (Q.S Luqman ayat 32)
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Ketika mereka menaiki perahu (di lautan), mereka berdoa dengan ikhlas kepada Allah. Ketika Allah selamatkan mereka ke daratan, pada saat itu juga mereka berbuat kesyirikan (Q.S al-‘Ankabuut ayat 65).
Baca bagian sebelumnya: Bab Ke-14: Beristighotsah dan Berdoa kepada Selain Allah adalah Kesyirikan (Bag.4)
Dalil Kelima
عَنْ عُبَادَةَ – يَعْنِي ابْنِ الصَّامِتِ – قَالَ : قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ : قُوْمُوْا نَسْتَغِيْثُ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هَذَا الْمُنَافِقِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّهُ لَا يُسْتَغَاثُ بِي إِنَّمَا يُسْتَغَاثُ بِاللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
Dari Ubadah –bin asShoomit- beliau berkata: Abu Bakr berkata: Berdirilah untuk beristighotsah kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dari orang munafiq ini. Maka Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Tidaklah (layak) istighotsah kepadaku. Istighotsah itu hanya untuk Allah Azza Wa Jalla.
(al-Haitsamiy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh atThobarony. Juga diriwayatkan oleh Ahmad)
Penjelasan Dalil Kelima:
Hadits ini dikemukakan oleh muallif (penyusun Kitabut Tauhid). Sebagian Ulama ada yang menganggap hadits ini sah, seperti penilaian al-Haitsamiy. Sebagian Ulama lain menilainya lemah karena dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Abdullah bin Lahi’ah. Secara riwayat, insyaallah pendapat yang rajih adalah hadits ini lemah. Namun dalil-dalil yang lain sudah mencukupi sebagai hujah akan larangan beristighatsah kepada selain Allah.
Wallaahu A’lam.
Penulis:
Abu Utsman Kharisman