Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Keutamaan-Keutamaan Tauhid, Yang Salah Satunya Sebagai Penghapus Dosa (Bagian Ke-3)

SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-9)


BAB KEDUA:
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN TAUHID, YANG SALAH SATUNYA SEBAGAI PENGHAPUS DOSA

Dalil Ketiga:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِي عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: قَالَ مُوْسَى يَا رَبِّ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ بِهِ وَأَدْعُوْكَ بِهِ قَالَ قُلْ يَا مُوْسَى لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله قَالَ يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُوْلُ هَذَا قَالَ قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ قاَلَ إِنَّمَا أُرِيْدُ شَيْئًا تَخُصُّنِي بِهِ قَالَ يَا مُوْسَى لَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرْضِيْنَ السَّبْعَ فيِ كِفَّةٍ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله فِي كِفَّةٍ مَالَتْ بِهِنَّ لاَ إِلَهَ إِلَّا الله

Dari Abu Said al-Khudry -radhiyallahu anhu- dari Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau bersabda:

Musa berkata Wahai Rabbku ajarkanlah kepadaku suatu (bacaan) yang aku bisa berdoa dan berdzikir dengannya. Allah berfirman: Wahai Musa ucapkan Laa Ilaaha Illallah.Musa berkata: Wahai Tuhanku, semua hambaMu mengucapkan itu. Allah berfirman: Ucapkanlah Laa Ilaaha Illallah. Musa berkata: Aku ingin bacaan yang khusus untukku. Allah berfirman: Wahai Musa, seandainya langit yang tujuh dan bumi yang tujuh di satu sisi (timbangan) dan Laa Ilaaha Illallah berada di sisi timbangan lain, niscaya akan lebih berat (bobot) Laa Ilaaha Illallah

(H.R anNasaai, Ibnu Hibban, dan al-Hakim).


Baca Bagian Sebelumnya: Keutamaan-Keutamaan Tauhid, Yang Salah Satunya Sebagai Penghapus Dosa (Bagian Ke-2)


Penjelasan Dalil Ketiga:

Hadits dengan lafadz demikian dilemahkan oleh para Ulama karena hadits ini melalui jalur periwayatan Darroj Abu as-Samh dari Abul Haytsam. Namun, hadits ini memiliki penguat dalam riwayat Ahmad berikut ini:

إِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ نُوحًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لِابْنِهِ إِنِّي قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ وَأَنْهَاكَ عَنْ اثْنَتَيْنِ آمُرُكَ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَلَوْ أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً قَصَمَتْهُنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فَإِنَّهَا صَلَاةُ كُلِّ شَيْءٍ وَبِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ وَأَنْهَاكَ عَنْ الشِّرْكِ وَالْكِبْر (رواه أحمد وقال العراقي إسناده صحيح)

Sesungguhnya Nabi Allah Nuh shollallahu alaihi wasallam ketika akan datang kematian, beliau berkata kepada anaknya:
Sesungguhnya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah wasiat. Aku perintahkan kepadamu pada dua hal dan aku larang engkau dari dua hal. Aku perintahkan engkau dengan Laa Ilaaha Illallah karena tujuh langit dan tujuh bumi kalau diletakkan di salah satu sisi (timbangan) dan Laa Ilaaha Illalah di salah satu sisi (timbangan) yang lain, niscaya akan lebih berat Laa Ilaaha Illallah. Jika seandainya tujuh langit dan tujuh bumi adalah lingkaran tertutup, niscaya Laa Ilaaha Illallah akan memecahkannya. Dan Subhaanallah wa bihamdihi sesungguhnya itu adalah sholat dari segala sesuatu dan dengannya para makhluk akan diberi rezeki. Aku larang engkau dari kesyirikan dan kesombongan
(H.R Ahmad dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, dinyatakan oleh al-Iraqy sanadnya shahih, dan dishahihkan pula oleh al-Albany).


Baca Juga: Makna Dua Kalimat Syahadat


Demikian juga dikuatkan oleh hadits tentang bithoqoh (kartu catatan amal):

إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ

Sesungguhnya Allah akan memilih satu orang laki-laki dari umatku di hadapan para makhluk pada hari kiamat. Maka dihamparkan padanya 99 kitab yang besar. Setiap kitab besar itu sejauh mata memandang. Kemudian Allah berfirman: Apakah engkau mengingkari catatan ini? Apakah Malaikat pencatat amal mendzhalimi engkau? Orang itu berkata: Tidak wahai Tuhanku. Allah bertanya: Apakah engkau memiliki udzur? Orang itu berkata: Tidak wahai Tuhanku. Allah berfirman: Ya. Bahkan engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami. Sesungguhnya engkau tidak dizhalimi pada hari ini. Kemudian keluarlah satu kartu kecil di dalamnya terdapat Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa rosuuluh. Kemudian Allah berfirman: Hadirilah penimbangan (amalmu). Orang itu berkata: Wahai Tuhanku, apa arti satu kartu kecil ini dibandingkan kitab-kitab besar itu. Allah berfirman: engkau tidak akan didzhalimi. Kemudian diletakkan kitab-kitab besar di satu sisi (timbangan) dan kartu kecil di sisi (timbangan) yang lain. Ternyata kitab-kitab besar itu ringan dan kartu kecil itu berat (bobotnya)
(H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan Ibn Hibban dan al-Albany).

Hadits bithoqoh ini menjelaskan bahwa meski seseorang dosanya sangat banyak, tapi ia mentauhidkan Allah, tidak pernah melakukan kesyirikan (yang membatalkan Laa Ilaaha Illallah), atau pernah berbuat kesyirikan tapi bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat dan diampuni Allah, maka bisa jadi saat penimbangan amalnya nanti kebaikannya bisa melebihi keburukannya. Sebaliknya, tanpa tauhid, atau adanya tauhid sebelumnya, tapi dikotori dengan kesyirikan akbar, tidak berguna sedikitpun kebaikan-kebaikan lainnya.

Telah dijelaskan pada dalil kedua sebelumnya bahwa Laa Ilaaha Illallah tidak bisa sekedar pengucapan saja, harus terpenuhi syarat-syarat lainnya. Salah satunya harus meninggalkan seluruh peribadatan kepada selain Allah, tidak berbuat kesyirikan.

 

Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan