Ming 18 Muharram 1447AH 13-7-2025AD

Tafsir Ayat 9-10 Surah adh-Dhuha: Panduan Akhlak Mulia terhadap Anak Yatim dan Orang yang Meminta Atau Bertanya

Allah Ta’ala berfirman:

فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ (9) وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ (10)

Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik (Q.S adh-Dhuha ayat 9-10)

Gharib (Kata Asing)

فَلَا تَقْهَرْ

Jangan bersikap sewenang-wenang atau mendzhaliminya. Sebagaimana penjelasan Qotadah dalam riwayat atThobariy dan al-Akhfasy yang dinukil al-Qurthubiy

السَّائِلَ

Peminta-minta atau orang yang bertanya ilmu agama. Memungkinkan 2 makna tersebut, sebagaimana penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Syarh Riyadhis Sholihin (3/86).

فَلَا تَنْهَرْ

Jangan engkau menghardiknya; mengusir dengan kasar. Sebagaimana penjelasan al-Baghowiy dalam tafsirnya: jangan engkau usir dia (dengan kasar) jika ia meminta kepadamu. Dahulu engkau pun dalam keadaan fakir. Mestinya engkau beri ia makanan atau engkau tolak secara halus.

Kesamaan Makna dengan Ayat Lain

Ayat ke-9 dari surah adh-Dhuha ini memiliki kesamaan makna dengan ayat di surah lain, di antaranya:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2)

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim(Q.S al-Ma’un ayat 1-2)

Demikian juga celaan Allah Ta’ala terhadap orang yang tidak memuliakan anak yatim:

كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ

Sekali-kali tidak. Justru kalian tidak memuliakan anak yatim (Q.S al-Fajr ayat 17)

Disarikan dari Riyadhus Sholihin karya an-Nawawiy dan Tatimmah Adhwail Bayaan karya Syaikh Athiyyah bin Muhammad Salim.

Sedangkan ayat ke-10 surah adh-Dhuha memiliki kesamaan makna dengan ayat:

قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

Perkataan yang baik dan pemberian maaf itu lebih baik daripada sedekah yang diiringi tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun (Q.S al-Baqoroh ayat 263)

(disarikan dari Ahkaamul Quran lil Jashshosh (2/92) dan Fatawa Nurun Alad Darb lisy Syaikh Bin Baz 15/276)

Hadits Nabi yang Berkaitan dengan Ayat-Ayat Tersebut

Anak yatim adalah seorang anak yang belum balig yang telah meninggal ayahnya. Apabila telah mencapai usia balig, status yatimnya telah hilang.

لَا يُتْمَ بَعْدَ احْتِلَامٍ، وَلَا صُمَاتَ يَوْمٍ إِلَى اللَّيْلِ

Tidak ada status yatim setelah balig, dan tidak boleh mogok bicara dari sehari itu hingga malam (H.R Abu Dawud dari Ali bin Abi Tholib)

Sebagian Pelajaran yang Bisa Dipetik

1. Bersikap baiklah kepada anak yatim, jangan mendzhaliminya.

2. Bersikap baiklah kepada orang yang meminta atau bertanya, jangan menghardiknya. Kalau ada peminta-minta, sedangkan kita ada yang bisa diberikan, berikanlah. Kalau tidak ada sampaikan permintaan maaf dan tolak secara halus, bagus juga jika disertai doa.

Demikian juga orang yang bertanya ilmu dan butuh bimbingan, jangan dihardik. Berikan arahan dan penjelasan yang dibutuhkan, jika anda mengetahuinya.

Kecuali orang bertanya yang nampak terlihat bukan kesungguhan mencari kebenaran atau sekedar main-main, perlu diberi teguran dan pelajaran adab (disarikan dari Tafsir Juz Amma Libni Utsaimin).


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan