Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Orang yang beriman mencintai keimanan dan Allah jadikan keimanan itu indah dalam hatinya. Allah jadikan pula orang beriman membenci kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Demikian besar anugerah Allah Ta’ala untuk orang beriman.

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

…namun Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan, dan Allah jadikan keimanan itu indah dalam hati kalian. Dialah (Allah) pula yang menjadikan kalian membenci kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk (Q.S al-Hujurat ayat 7)

Pada saat kita baru mengenal sunnah Nabi yang sebelumnya tidak kita ketahui, kita berharap hidayah demikian tidak hanya untuk diri kita saja tapi juga meliputi istri dan anak-anak kita.

Begitu berbahagia saat kita bisa menyekolahkan anak kita di lembaga pendidikan Ahlussunnah. Meskipun bukan sekolah formal. Ada pula yang berupa rumah belajar. Namun itu adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan Quran dan Sunnah Nabi dengan pemahaman para Sahabat.

Di lembaga itu anak diajari tauhid dan akidah yang benar. Anak diajarkan untuk mempersembahkan ibadah hanya untuk Allah Ta’ala semata, tidak dibagi dengan selain-Nya. Anak dipilahkan dengan doa dan dzikir yang berdasarkan hadits yang shahih. Mereka dibimbing untuk beradab dan berakhlak dengan bimbingan Islam.

Tentu tidak ada kesempurnaan pada hal-hal yang dikelola manusia. Demikian juga dengan lembaga pendidikan Ahlussunnah. Ada kurang, ada cela, ada sisi yang tidak sempurna. Wali siswa atau wali santri perlu berperan memberi kritikan dan nasihat yang membangun dengan hikmah dan santun.

Tenteramnya hati kita adalah ketika melihat anak-anak kita berakidah yang benar, beribadah dengan tepat, dan berakhlak mulia.

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ

Dan orang-orang yang berkata: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah dari istri dan keturunan kami penyejuk mata (penentram jiwa)…(Q.S al-Furqan ayat 74)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan: Sesungguhnya mereka tidaklah merasa tenteram hatinya hingga melihat (istri dan anak-anak mereka) taat kepada Rabbnya, berilmu, dan mengamalkan ilmunya (Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan 1/587)

Begitu sedih hati seorang ayah atau ibu – yang mengerti ilmu syar’i- saat melihat anaknya melakukan hal-hal yang dilarang syariat. Di sebagian sekolah mungkin anak-anak diajari menyanyi dan bermusik. Sesuatu yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Begitu banyak dalil akan hal itu, salah satunya adalah firman Allah dalam alQuran surah Luqman ayat 6 yang ditafsirkan oleh Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud bahwa yang dicela Allah dan mendapat ancaman siksaan itu adalah nyanyian.

Bagaimana perasaan seorang yang mengenal ilmu syar’i, saat anaknya diajari menggambar atau membuat patung makhluk bernyawa? Padahal Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ المُصَوِّرُونَ

Sesungguhnya (di antara) yang mendapatkan siksaan paling dahsyat di sisi Allah pada hari kiamat adalah para pematung dan penggambar (makhluk bernyawa)(H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat al-Bukhari)

Tidak layak sebuah lembaga pendidikan berlabelkan Islami jika menjadikan siswa putra dan putrinya yang sudah berusia tamyiz (di atas 6 atau 7 tahun) apalagi sudah berusia balig tidak dipisah berkelompok sesuai jenis kelaminnya. Saat satu kelas digabungkan laki dan wanita, sesungguhnya itu bukan bagian dari ajaran Islam. Kebiasaan buruk yang diambil dari orang-orang kafir.

Untuk sebuah ibadah suci shalat berjamaah saja, tuntunan Islam memisahkan jamaah laki dan wanita. Semakin jauh seorang laki dari jamaah wanita, semakin baik. Demikian juga semakin jauh seorang wanita dari jamaah pria, itu lebih baik. Posisi shalat berjamaah laki dan wanita, jamaah laki di depan dan jamaah wanita di belakang. Shaf laki terbaik adalah semakin di depan karena semakin jauh dari jamaah wanita. Shaf perempuan terbaik adalah paling belakang karena semakin jauh dari jamaah laki-laki.

خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا، وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا، وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

Sebaik-baik shaf para lelaki adalah yang paling depan, yang terburuk adalah yang paling belakang. Sebaik-baik shaf para wanita adalah paling akhir dan yang terburuk adalah paling depan (H.R Muslim dari Abu Hurairah)

An-Nawawiy rahimahullah menyatakan: Shaf para wanita di bagian akhir memiliki keutamaan saat shalat berjamaah yang diikuti jamaah para lelaki juga adalah karena shaf wanita itu jauh dari bercampur dengan para lelaki, jauh dari memandang dan memiliki ketergantungan hati dengan mereka saat melihat gerakan atau mendengar ucapan mereka dan semisalnya (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj 4/160).

Begitu tenteram hati seorang ayah dan ibu yang mengagungkan sunnah Nabi, saat buah hati mereka belajar akidah yang benar. Akidah Nabi dan para Sahabat yang diteruskan oleh para Ulama Ahlussunnah setelahnya.

Bagaimana perasaan orangtua yang telah bersemangat belajar tauhid dan sunnah, saat anak mereka dicekoki dengan berbagai akidah menyimpang di tempat mereka belajar? Ajaran yang menganggap semua agama sama. Ajaran yang menganggap bahwa hadits Nabi boleh ditolak meskipun shahih jika bertentangan dengan akal. Ajaran yang menolak Nama dan Sifat-Sifat Allah. Ajaran yang membolehkan mencela sebagian Sahabat Nabi, meski hanya seorang dari mereka. Ajaran yang membolehkan mencaci maki pemerintah muslim di hadapan khalayak ramai, bahkan mengkafirkan pemimpin yang sebenarnya masih muslim. Ajaran yang membolehkan berdoa kepada selain Allah, jika sifatnya hanya perantara, kemudian berupaya mencari berbagai dalih untuk membenarkannya. Wal iyaadzu billah. Tentu tidak pantas ada celah kerelaan dalam hati mereka dalam membiarkan hal itu terjadi pada buah hatinya.

Sungguh begitu mahal dan sangat bernilainya tarbiyyah di atas Sunnah, bagi orang yang benar-benar mengagungkan nikmat hidayah.

Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan taufiq, rahmat, pertolongan, dan ampunan-Nya kepada kita dan segenap kaum muslimin.

Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan