Kam 26 Syawal 1446AH 24-4-2025AD

Puasa dan Shalat Malam di Bulan Ramadhan Termasuk Amalan Para Shiddiq dan Syuhada’

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ الْجُهَنِيِّ قَالَ: جَاءَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ قُضَاعَةَ، فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ شَهِدْتُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ، وَصَلَّيْتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ، وَصُمْتُ الشَّهْرَ، وَقُمْتُ رَمَضَانَ، وَآتَيْتُ الزَّكَاةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ مَاتَ عَلَى هَذَا كَانَ مِنَ الصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ

Dari ‘Amr bin Murroh al-Juhaniy ia berkata: Seorang laki-laki dari Qudho’ah datang menemui Rasulullah shollallahu alaihi wasallam kemudian ia berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika aku bersaksi bahwasanya tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah dan anda adalah utusan Allah, aku shalat 5 waktu, aku berpuasa dan shalat malam di bulan Ramadan, dan aku menunaikan zakat? Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Barang siapa yang meninggal di atas perbuatan tersebut, ia akan termasuk para shiddiq dan syuhada’ (H.R Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dishahihkan pula oleh Syaikh al-Albaniy dalam kitab Qiyaamu Ramadhan)

Shiddiq adalah orang yang sangat jujur dan sangat membenarkan (mempercayai) ajaran para Rasul. Sangat jujur antara ucapan, perbuatan, dan keyakinan dalam hatinya. Demikian yang diintisarikan dari penjelasan al-Qurthubiy dalam tafsirnya. Tingkatan orang beriman setelah para Nabi adalah para shiddiq. Shiddiq yang paling utama dan terdepan adalah Sahabat Nabi Abu Bakr as-Shiddiq radhiyallahu anhu.

وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا

Seorang terus menerus bersikap jujur dan selalu memilih kejujuran hingga dicatat di sisi Allah sebagai shiddiq (H.R Muslim dari Abdullah bin Mas’ud)

Sedangkan syuhada’ adalah orang-orang yang mempersaksikan keesaan Allah. Termasuk di antaranya orang-orang yang mati syahid di jalan Allah. Demikian juga para Ulama yang mempersaksikan bahwasanya tidak ada yang berhak diibadahi melainkan hanya Allah Ta’ala semata.

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia. Demikian juga para Malaikat dan orang-orang berilmu (para Ulama) menegakkan keadilan. Tidak ada sembahan yang benar kecuali Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S Ali Imran ayat 18)

Makna syuhada’ tersebut diintisarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Syarh al-Aqidah al-Washithiyyah.

Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang menerapkan 5 hal yaitu:

  1. Bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah dan Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah utusan Allah.
  2. Shalat 5 waktu
  3. Berpuasa di bulan Ramadan.
  4. Qiyamul Lail di bulan Ramadan
  5. Menunaikan zakat

Mereka akan digolongkan dalam kelompok para shiddiq dan syuhada’. Tingkatan dan level yang begitu tinggi dalam merealisasikan keimanan.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan