Jum 10 Syawal 1445AH 19-4-2024AD

Sedang Mandi Janabah Tiba-Tiba Mengalami Hadats Kecil, Apa yang Dilakukan?

Al-Imam anNawawiy –seorang Ulama Syafiiyyah- rahimahullah menyatakan:

لَوْ أَحْدَثَ فِي أَثْنَاءِ غُسْلِهِ جَازَ أَنْ يُتِمَّهُ وَلَا يَمْنَعُ الْحَدَثُ صِحَّتَهُ، لَكِنْ لَا يُصَلِّي بِهِ حَتَّى يَتَوَضَّأ

Kalau seandainya seseorang berhadats (kecil) pada saat sedang mandi, ia boleh menyempurnakan mandinya. Hadats tersebut tidak menghalangi sahnya mandi tersebut. Akan tetapi ia tidak boleh sholat sampai berwudhu. (Roudhotut Tholibin wa Umdatul Muftiyn (1/91))

Ibnu Qudamah al-Maqdisiy –seorang Ulama Hanabilah– rahimahullah menyatakan:

فَإِنْ نَوَاهُمَا ثُمَّ أَحْدَثَ فِي أَثْنَاءِ غُسْلِهِ، أَتَمَّ غُسْلَهُ، وَيَتَوَضَّأُ. وَبِهَذَا قَالَ عَطَاءٌ وَعَمْرُو بْنُ دِينَارٍ وَالثَّوْرِيُّ. وَيُشْبِهُ مَذْهَبَ الشَّافِعِيِّ

وَقَالَ الْحَسَنُ: يَسْتَأْنِفُ الْغُسْلَ. وَلَا يَصِحُّ؛ لِأَنَّ الْحَدَثَ لَا يُنَافِي الْغُسْلَ، فَلَا يُؤَثِّرُ وُجُودُهُ فِيهِ

Jika seseorang meniatkan keduanya (mandi dan berwudhu) kemudian ia mengalami hadats (kecil) di tengah-tengah mandinya, ia lanjutkan mandinya, dan ia (nantinya) berwudhu. Ini adalah pendapat Atha’, Amr bin Dinar, dan ats-Tsauriy. Mirip dengan madzhab asy-Syafii.

Sedangkan al-Hasan berkata: Ia mengulangi lagi mandinya dari awal. Ini pendapat yang tidak benar. Karena hadats (kecil) tidaklah meniadakan mandi dan tidak mempengaruhi (sahnya) mandi.

(al-Mughniy (1/368))

 

Oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan