Jum 10 Syawal 1445AH 19-4-2024AD

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyebut 3 bentuk dosa pertama tanpa berurutan:

ﻭﻟﻬﺬا ﻗﻴﻞ ﺃﻭﻝ ﺫﻧﺐ ﻋﺼﻲ اﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﺛﻼﺛﺔ: اﻟﺤﺮﺹ ﻭاﻟﻜﺒﺮ ﻭاﻟﺤﺴﺪ. ﻓﺎﻟﺤﺮﺹ ﻣﻦ ﺁﺩﻡ ﻭاﻟﻜﺒﺮ ﻣﻦ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻭاﻟﺤﺴﺪ ﻣﻦ ﻗﺎﺑﻴﻞ ﺣﻴﺚ ﻗﺘﻞ ﻫﺎﺑﻴﻞ. ﻭﻓﻲ اﻟﺤﺪﻳﺚ {ﺛﻼﺙ ﻻ ﻳﻨﺠﻮ ﻣﻨﻬﻦ ﺃﺣﺪ: اﻟﺤﺴﺪ ﻭاﻟﻈﻦ ﻭاﻟﻄﻴﺮﺓ. ﻭﺳﺄﺣﺪﺛﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺇﺫا ﺣﺴﺪﺕ ﻓﻼ ﺗﺒﻐﺾ ﻭﺇﺫا ﻇﻨﻨﺖ ﻓﻼ ﺗﺤﻘﻖ ﻭﺇﺫا ﺗﻄﻴﺮﺕ ﻓﺎﻣﺾ} ﺭﻭاﻩ اﺑﻦ ﺃﺑﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ. ﻭﻓﻲ اﻟﺴﻨﻦ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ {ﺩﺏ ﺇﻟﻴﻜﻢ ﺩاء اﻷﻣﻢ ﻗﺒﻠﻜﻢ: اﻟﺤﺴﺪ ﻭاﻟﺒﻐﻀﺎء ﻭﻫﻲ اﻟﺤﺎﻟﻘﺔ ﻻ ﺃﻗﻮﻝ ﺗﺤﻠﻖ اﻟﺸﻌﺮ ﻭﻟﻜﻦ ﺗﺤﻠﻖ اﻟﺪﻳﻦ}

Itulah sebabnya dikatakan bahwa dosa pertama sebagai kemaksiatan terhadap Allah ada tiga bentuk:

  1. Keserakahan
  2. Kesombongan dan
  3. Iri hati/dengki (hasad).

Keserakahan (pertama) berasal dari Adam (alaihissalam),¹) Kesombongan berasal dari Iblis, sedangkan iri hati berasal dari Qobil yang membunuh Habil. Sementara dalam hadits (disebutkan):

ﺛﻼﺙ ﻻ ﻳﻨﺠﻮ ﻣﻨﻬﻦ ﺃﺣﺪ: اﻟﺤﺴﺪ ﻭاﻟﻈﻦ ﻭاﻟﻄﻴﺮﺓ. ﻭﺳﺄﺣﺪﺛﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺮﺝ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺇﺫا ﺣﺴﺪﺕ ﻓﻼ ﺗﺒﻐﺾ ﻭﺇﺫا ﻇﻨﻨﺖ ﻓﻼ ﺗﺤﻘﻖ ﻭﺇﺫا ﺗﻄﻴﺮﺕ ﻓﺎﻣﺾ

Ada tiga dosa yang tidak akan ada seorangpun yang terluput darinya: iri hati, prasangka, dan kekhawatiran sial. Aku akan memberitahu kalian upaya keluar dari hal-hal itu. Jika engkau terlanjur iri, jangan ikuti dengan kebencian. Apabila engkau berprasangka jangan menyimpulkannya sebagai kepastian. Dan jika engkau khawatir terhadap mitos, (abaikan dengan) tetap menjalani (kegiatan). Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dari Abu Hurairah. ²).

Sementara dalam kitab-kitab sunan disebutkan hadits dari Nabi shollallahu alaihi wasallam:

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ، وَهِيَ الْحَالِقَةُ، ﻻ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺗَﺤْﻠِﻖُ اﻟﺸَّﻌﺮِ ﻭَﻟَﻜِﻦ ﺗَﺤْﻠِﻖُ اﻟﺪّﻳْﻦ

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah merambati kalian yaitu dengki dan kebencian. Hal itu adalah pemotong. Aku tidak mengatakan sebagai pemotong rambut, namun pemotong agama.

(Majmu’ Al Fatawa 10/126)


Artikel lain yang semoga bermanfaat:


Dari dosa-dosa di atas, sebagian ulama menyebut muaranya pada dosa hasad/iri dengki.

Al ‘Allamah Muhammad bin Ahmad Syamsuddin Al Qurthubi (w. 671) rahimahullah menyatakan:

“Manshur Al Faqih menggubah syair:

ﺃﻻ ﻗﻞ ﻟﻤﻦ ﻇﻞ ﻟﻲ ﺣﺎﺳﺪا … ﺃﺗﺪﺭﻱ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﺳﺄﺕ اﻷﺩﺏ
ﺃﺳﺄﺕ ﻋﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺣﻜﻤﻪ … ﺇﺫا ﺃﻧﺖ ﻟﻢ ﺗﺮﺽ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻭﻫﺐ

Hendaknya kau katakan pada orang yang tertutupi kedengkian terhadapku …
Tahukah engkau kepada siapa sebenarnya engkau beradab buruk?

Sebenarnya engkau merendahkan hukum Allah …
Tatkala engkau tak rela aku beroleh karunia-Nya

ﻭﻳﻘﺎﻝ: اﻟﺤﺴﺪ ﺃﻭﻝ ﺫﻧﺐ ﻋﺼﻲ اﻟﻠﻪ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎء، ﻭﺃﻭﻝ ﺫﻧﺐ ﻋﺼﻲ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻷﺭﺽ، ﻓﺄﻣﺎ ﻓﻲ اﻟﺴﻤﺎء ﻓﺤﺴﺪ ﺇﺑﻠﻴﺲ ﻵﺩﻡ، ﻭﺃﻣﺎ ﻓﻲ اﻷﺭﺽ ﻓﺤﺴﺪ ﻗﺎﺑﻴﻞ ﻟﻬﺎﺑﻴﻞ

Dan juga (ada ulama) yang mengatakan: Hasad merupakan dosa pertama sebagai kemaksiatan terhadap Allah yang dilakukan di langit. Begitu juga ini adalah awal dosa kemaksiatan terhadap-Nya di bumi. Adapun yang terjadi di langit, irinya Ibkis terhadap Adam. Adapun yang terjadi di bumi, kedengkian Qobil terhadap Habil.”

(Al Jami’ li Ahkam alQuran 5/251)

Syaikh Kholid bin Dhahwi Azh Zhofiri hafidzahullah menyampaikan kesimpulan:

أول ما عصي الله عزوجل من الذنوب هو الكبر وبعضهم يقول الحسد، والصواب أنهما مقترنان جاء الكبر والحسد فاستكبر بسبب حسده، وحسد بسبب استكباره، فكانت هذه الذنوب من أول الذنوب التي عصي الله عز وجل بها، وهذا يدل على خطورتها على الناس، لأن هذا الكبر والحسد مخالف للاستسلام لله عز وجل، أنت مسلم معنى مسلم أي: مستسلم لله سبحانه وتعالى، فلا تتكبر على العباد ولا تتكبر على النصوص، بل تستلم لأوامر الله سبحانه وتعال

“Awal kemaksiatan terhadap Allah Azza waJalla dari bentuk dosa yaitu kesombongan. Dan sebagian ulama ada yang mengatakan yaitu hasad (iri dengki). Yang lebih tepat keduanya saling berkaitan.

Kesombongan dan hasad muncul, sehingga pelakunya sombong disebabkan kedengkiannya. Demikian pula hasadnya terjadi akibat kesombongannya. Jadi memang dosa-dosa inilah yang awal kali terjadi sebagai kemaksiatan yang dilakukan terhadap Allah Azza waJalla. Dan hal ini menunjukkan begitu berbahayanya terhadap manusia. Dikarenakan kesombongan dan hasad bertentangan dengan sikap memasrahkan diri kepada Allah Azza waJalla.

Anda muslim, makna muslim yaitu: bersedia memasrahkan diri kepada Allah Subhanahu waTa’ala. Sehingga janganlah anda takabur bersikap angkuh terhadap hamba-hamba Allah. Jangan pula angkuh terhadap nash-nash (dalil Al Quran dan As Sunnah), justru hendaklah anda bersedia siap menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu waTa’ala.”

Sumber: Syarh Risalah fi at Taubah, melalui: https://miraath.net/%D8%A3%D9%88%D9%84-%D8%B0%D9%86%D8%A8-%D8%B9%D8%B5%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%A8%D9%87-%D9%84%D9%84%D8%B4%D9%8A%D8%AE-%D8%AE%D8%A7%D9%84%D8%AF-%D8%B6%D8%AD%D9%88%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D8%B8/

______

Catatan:

¹) Nabi Adam alaihissalam telah bertaubat dari dosa mendekati dan memakan pohon larangan, dan bahkan telah Allah abadikan dalam Firman-Nya bahwa Allah telah menerima taubat beliau.

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِن رَّبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya (lalu dia ikrarkan), sehingga Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqoroh : 37)

Sehingga Syaikhul Islam rahimahullah sendiri juga dalam Majmu’ Al Fatawa menjelaskan bahwa justru hal itu telah menyebabkan Allah meninggikan derajat Nabi Adam ‘alaihissalam, berbeda dengan Iblis yang tetap angkuh dan enggan bertaubat.

²) Barangkali Syaikhul Islam menilai hadits tersebut tsabit. Sementara dinyatakan sanadnya dhoif oleh Syaikh Al Albani karena mursal, dalam Dho’if Al Jami’ Ash Shoghir wa Ziyadatih no. 2527 dengan redaksi yang sedikit berbeda.

 

Penulis:
Abu Abdirrohman Sofian

Tinggalkan Balasan