Ingat Ingatlah Nikmat Allah Agar Kalian Mendapatkan Kesuksesan

Allah Azza Wa Jalla berfirman:
…فَاذْكُرُواْ آلآءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
…maka ingatlah nikmat-nikmat Allah agar kalian beruntung/sukses (Q.S al-A’raaf ayat 69)
Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan: Mengingat-ingat anugerah dan nikmat dari Allah Tabaroka wa Ta’ala kepada hamba-Nya akan menyebabkan keberuntungan dan kebahagiaan. Karena hal itu tidaklah menambahnya melainkan kecintaan kepada Allah, pujian, syukur, dan ketaatan. Ia juga mengakui kekurangan dirinya dalam menjalankan hal yang diwajibkan Allah. Ia merasa hanya sedikit yang telah ia lakukan dari yang semestinya (Miftah Daaris Sa’adah 1/229)
Bisa jadi penghambat kesuksesan kita adalah karena kita lebih banyak mengeluh. Sering bercerita ke banyak orang akan kesusahan kita. Lupa dengan berlimpahnya nikmat dan anugerah Allah kepada kita.
Anda mengenal dan mendapat petunjuk kepada Manhaj Salaf? Alhamdulillah. Itu anugerah yang sangat besar. Manhaj Salaf adalah Islam yang hakiki, dan semestinya setiap muslim berada di atasnya. Hidayah itu tidak bisa ditukar dengan apapun. Bersyukurlah dan ingat-ingat nikmat itu, dengan berjuang terus belajar, mendakwahkan secara hikmah, dan bersabar di atas dakwah Salaf tersebut.
Kalau kita memiliki penghasilan, meskipun sedikit tapi jelas halalnya, itu anugerah yang sangat besar. Ketika begitu banyak orang yang sulit mendapatkan penghasilan. Atau, penghasilannya besar, namun diperoleh melalui hal-hal yang haram. Sebagian mereka paham bahwa pekerjaannya saat ini tidak halal, tapi sulit terlepas dari jeratannya karena berbagai alasan, mereka begitu berharap bisa segera lepas.
Apabila kita memiliki tempat hunian, baik itu milik sendiri, atau sewa, atau mendapat pemberian tumpangan sementara, bersyukurlah. Ingatlah, begitu banyak orang yang tidak mendapat hunian yang layak. Ada yang berpindah-pindah dari satu emperan toko ke emperan yang lain, bawah jembatan ke bawah jembatan lain. Tergusur dari pinggiran sungai ke pinggiran sungai lain.
Anda memiliki pasangan hidup? Bersyukurlah. Anda bisa menyempurnakan separuh agama anda dengan ikatan pernikahan itu. Jika kekurangan pada pasangan anda bukanlah hal yang prinsip dalam Islam, bisa dibenahi atau ditutupi kekurangannya, bersabarlah dan tetaplah bersyukur. Maklumi kekurangan itu sebagaimana kita juga menyadari bukan pribadi yang sempurna dan justru banyak kekurangan dalam berinteraksi dengan pasangan hidup kita.
Ketika sebagian pihak mengeluh karena ia belum punya pasangan hidup meski sudah berjuang dalam durasi waktu yang lama. Bagi yang sudah berjuang mencari pasangan hidup, namun ditakdirkan belum dapat, bersabarlah. Bersyukurlah bahwa anda tidak terkena dosa mendzhalimi pasangan anda, baik disengaja ataupun tidak, yang itu bisa dialami orang yang memiliki pasangan hidup. Sehingga dosa anda tidak bertambah.
Bagi yang memiliki kendaraan, bersyukurlah. Ingatlah itu sebagai nikmat Allah. Meskipun kendaraan tua tapi masih layak pakai dan dibeli secara tunai. Alhamdulillah. Begitu besarnya nikmat Allah itu. Saat sebagian orang belum punya kendaraan sendiri. Atau ada yang punya kendaraan bagus, namun terjerat riba yang merupakan dosa besar. Begitu besar anugerah Allah bagi seseorang yang menjauhi perbuatan dosa.
Jika kita mengeluhkan kondisi kita ke banyak orang, termasuk ke pihak-pihak yang semestinya tidak perlu mendengarkan keluhan kita, pada hakikatnya kita sedang mengadukan Allah Sang Maha Penyayang yang menakdirkan kondisi kita itu kepada makhluk-Nya yang kurang memiliki sifat penyayang.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan: Orang yang bodoh mengeluhkan Allah kepada manusia. Ini adalah puncak kebodohan terhadap pihak yang diadukan maupun pihak yang menjadi sasaran pengaduan. Karena kalau ia mengenal Rabbnya, niscaya ia tidak akan mengeluhkan hal itu. Kalau ia paham tentang manusia, ia tidak akan mengeluhkan masalahnya kepada mereka. Sebagian Ulama Salaf melihat seseorang mengadukan permasalahannya kepada orang lain akan kefakiran dan kesempitan hidupnya. Maka Ulama salaf itu berkata: Demi Allah, tidak akan menambah (kebaikan bagimu) ketika engkau mengadukan pihak yang begitu menyayangimu (yaitu Allah)(al-Fawaaid libnil Qoyyim 1/87)
Ibnul Jauziy rahimahullah menyatakan: Para Ulama Salaf membenci sikap mengadu/mengeluh kepada makhluk. Penyampaian keluhan itu meskipun membuat kelapangan, namun itu menunjukkan kelemahan dan kehinaan. Sedangkan kesabaran terhadap hal itu menunjukkan akan kekuatan dan kemuliaan (ats-Tsabaat indal Mamaat 1/55)
Mengadukan sesuatu kepada manusia, adakalanya diperbolehkan. Jika disampaikan kepada pihak yang tepat dan bertujuan mencari solusi secara benar. Sebagai contoh, sebagian wanita ada yang mengadukan suaminya yang pelit kepada Nabi tapi dalam rangka berkonsultasi hukum agama Islam tentang apakah boleh ia mengambil sebagian harta suaminya tanpa sepengetahuan suaminya yang pelit itu. Nabi pun membolehkan sekadar batas yang ma’ruf untuk kebutuhan diri dan anaknya:
خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ
Ambillah sesuai kecukupan untuk dirimu dan anakmu secara ma’ruf (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
Maka bimbingan Nabi tersebut ada batasannya. Tidak bisa diterapkan kepada istri yang suaminya memang tidak pelit. Dalam kondisi demikian, jangan ambil harta suami tanpa sepengetahuan dia.
Keluhan dari wanita itu tidak diingkari oleh Nabi, karena disampaikan kepada orang yang tepat yaitu Nabi, dalam rangka berkonsultasi hukum Islam. Nabi pun memberikan solusi dan wanita itu mendapat bimbingan dan pencerahan.
Demikian juga orang yang sakit pada badannya, ia mengadu kepada dokter dan menceritakan keluhan-keluhan sakit yang dialaminya guna mendapatkan pengobatan. Hal itu tidaklah mengapa.
Atau orang yang mengadukan sikap orang lain yang mendzhaliminya atau berperangai tidak baik. Disampaikan pengaduan itu kepada orang yang diduga kuat bisa menasihati atau menghalangi kedzhaliman dari orang yang dzhalim itu. Maka yang demikian juga tidak mengapa.
Kondisi paling sempurna adalah ketika seseorang mengadukan masalah-masalah yang dihadapinya kepada Allah Ta’ala. Misalkan di keheningan malam, ia bangun shalat malam, menangis dan mengadu meminta tolong kepada Allah. Boleh juga ia adukan kepada Allah dalam untaian doa-doa dia kapan saja.
Itu adalah teladan dari para Nabi, orang-orang mulia dan pilihan. Begitu banyak keteladanan itu terpampang dalam alQuran. Nabi Ya’qub menyatakan bahwa aku hanyalah mengadukan kecemasan dan kesedihanku kepada Allah saja. Nabi Zakariyya mengadukan kondisi beliau yang sudah tua, istrinya yang mandul, berharap keturunan kepada Allah.
Nabi Musa mengadukan kondisinya yang begitu lemah dan kurang, tidak punya tempat tinggal, tidak punya keluarga, tidak ada harta sama sekali. Beliau adukan kepada Allah sambil berteduh di bawah pohon saat beliau lari dari wilayah kekuasaan Firaun menuju Madyan.
Jika anda punya masalah, adukan kepada Allah dalam doa-doa anda. Merendahlah di hadapan-Nya dengan penuh pengharapan. Kalau ada hal yang ingin dikonsultasikan dan diceritakan pada manusia, ceritakan dan sampaikan terbatas kepada orang yang tepat saja. Jangan lupa untuk banyak menyebut serta mengingat-ingat nikmat Allah yang begitu berlimpah, agar kita mencapai keberuntungan dan kesuksesan hakiki.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, pertolongan, dan ampunan-Nya kepada segenap kaum muslimin.
Penulis: Abu Utsman Kharisman