Cinta Tanah Air Bagian Keimanan?
Dalam euforia kemerdekaan tak jarang ungkapan suka cita meletup pada anak bangsa. Pernah mendengar sebagian saudara kita menyebut “HUBBUL WATHON MINAL IMAN!” Cinta tanah air merupakan bagian keimanan?
Benarkah ucapan itu sebagai sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam?
Para ulama menjadi rujukan kita untuk memahami fakta sebenarnya.
Dalam Fatwa Komite Tetap Penelitian Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, disebutkan:
Soal ke 3 dari Fatwa no 5729
Pertanyaan:
Apa pendapat anda tentang kalimat;
ﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ
Cinta tanah air bagian dari keimanan.
اﻟﻨﻈﺎﻓﺔ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ
Kebersihan bagian dari keimanan.
اﻟﺘﺪﺑﻴﺮ ﻧﺼﻒ اﻟﻤﻌﻴﺸﺔ
Pengaturan separuh kehidupan.
اﻻﻗﺘﺼﺎﺩ ﻧﺼﻒ اﻟﻤﻌﻴﺸﺔ
Berperilaku hemat separuh penghidupan.
Apakah ini adalah hadits-hadits shohih atau sekedar hukum saja?
Baca juga: Cinta Tanah Air yang Benar
Jawaban:
Apa yang anda sebutkan dari beberapa kalimat (di atas), bukanlah hadits-hadits dari Nabi shollallahu alaihi wasallam, akan tetapi ini adalah kalimat-kalimat yang terucap dari lisan ke lisan manusia.
Dan semoga (terlimpah) taufiq dari Allah, serta sholawat dan salam tercurahkan atas Nabi, keluarga dan para shahabatnya.
Al Lajnah Addaimah lilbuhuts al Ilmiyyah wal ifta’
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz (Ketua)
Abdurrazzaq ‘Afifi (Wakil ketua)
Abdullah bin Ghudayan (Anggota)
Abdullah bin Qu’ud (Anggota)
Artikel bermanfaat lainnya: Kedua Orang yang Saling Mencintai karena Allah Bertemu dan Berpisah karena Allah
Demikian juga Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah berkata:
Yang perlu diingatkan bahwa “hadits”:
حب الوطن من الإيمان
Cinta tanah air bagian dari keimanan.
Hadits ini kedustaan atas nama Rasulullah, ini dusta, bukan hadits yang bersumber dari Rasulullah.
Cinta tanah air ketika itu adalah negara Islam, maka kecintaannya karena negara Islam, tidak terbedakan antara negara Islam tempat tinggalmu atau negara Islam yang jauh darimu, setiap negara Islam wajib bagi kita menghidupkannya.
Maka kesimpulannya, wajib kita ketahui bahwa niat yang benar adalah meniatkan untuk membela Islam di negara kita atau untuk membela negara Islam, bukan hanya sekedar negara.
Sumber audio: Syarah Riyadhus sholihin, kaset ke-2
Artikel penting lainnya: Khotbah Iedul Adha 1439 H: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan
Beliau rahimahullah juga pernah menasehatkan:
Dan wajib bagi manusia untuk berhati-hati dari menyandarkan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dari ucapan atau perbuatan, karena berdusta atas nama Rasulullah tidak sama dengan berdusta atas salah seorang di antara kita, karena berdusta atas Rasulullah maka berdusta atas syariat Allah subhanahu wata’ala.
Di antara hadits-hadits masyhur yang tidak ada sumbernya adalah;
ﺣﺐ اﻟﻮﻃﻦ ﻣﻦ اﻹﻳﻤﺎﻥ
Cinta tanah air bagian dari keimanan,
ﺧﻴﺮ اﻷﺳﻤﺎء ﻣﺎ ﺣﻤﺪ ﻭﻋﺒﺪ
Sebaik-baik nama adalah yang mengandung pujian dan penghambaan,
اﻟﻤَﻌِﺪَﺓُ ﺑﻴﺖ اﻟﺪاء ﻭاﻟﺤِﻤْﻴَﺔ ﺭأﺱ اﻟﺪﻭاء
Perut adalah rumah penyakit dan diet adalah pokok obat,
dan yang semisalnya banyak.
Sehingga wajib bagi setiap orang untuk menjaga dirinya dari menyandarkan (ucapan dan perbuatan) kepada Nabi, sehingga ia tidak terjatuh kepada peringatan keras yang diancam Rasulullah dalam sabdanya,
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
Barang siapa yang sengaja berdusta atasku, maka persiapkan tempat duduknya di Neraka
(HR. Muslim no. 4)
Dan sabda beliau:
مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ
Barangsiapa yang menyampaikan dariku hadits dia mengetahui bahwa hadits tersebut adalah dusta, maka dia termasuk para pendusta
(HR. Muslim no. 1)
(Fatawa Islamiyyah Kitab Alhadits Syarif: 4/110)
Diterjemahkan oleh:
Abu Muhammad Qosim