Mensyukuri Nikmat Media untuk Kebaikan
Segala puji hanya untuk Allah Ta’ala semata. Berbagai bentuk kebaikan yang kita dapatkan semuanya adalah dari Allah Azza Wa Jalla.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Segala nikmat yang sampai kepada kalian, itu berasal dari Allah…(Q.S anNahl ayat 53)
Di antara berbagai nikmat itu adalah kemudahan media komunikasi dan informasi. Nikmat ini jangan sampai disalahgunakan. Semestinya disyukuri, tidak dikufuri.
Kemudahan mengakses ilmu agama saat ini menjadi lebih mudah. Audio ceramah dari para ustadz, faidah ilmu dalam bentuk tulisan, terjemahan fatwa para Ulama, bisa dengan mudah diakses melalui ponsel atau smartphone.
Namun, jangan sampai terlena. Seharusnya faidah-faidah ilmu dari WA itu hanyalah sebagai pendukung dan pelengkap. Bukan sarana ilmu yang utama.
Sarana mendapatkan ilmu yang utama adalah di majlis-majlis ilmu. Di masjid-masjid, atau ma’had-ma’had Ahlussunnah. Itulah yang tidak boleh ditinggalkan. (1)
…وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
…dan tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar satu sama lain, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, rahmat meliputi mereka, para Malaikat menaungi mereka dengan sayap-sayapnya, dan Allah menyebut-nyebut mereka (dengan kebaikan) di sisi-Nya (H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Sebagian pihak merasa cukup dengan faidah ilmu dari media-media sosial. Ini suatu kesalahan yang fatal. Akibatnya, muncul berbagai pemikiran baru dan aneh dalam memahami agama. Hal itu salah satu sebabnya adalah karena tidak adanya pondasi keilmuan yang kokoh karena tidak duduk menuntut ilmu langsung di hadapan para guru/ ustadz Ahlussunnah di bawah bimbingan mereka.
Hal lain yang juga merupakan kesalahan adalah lebih sibuk dengan HP dibandingkan membaca alQuran, berdzikir, mengkaji ilmu, atau membuat kewajiban terlalaikan.
Sebisa mungkin, setidaknya setiap hari kita membaca alQuran. Jika hati seseorang bersih, ia tidak akan pernah kenyang dari membaca dan mentadabburi makna alQuran. Sahabat Nabi Utsman bin Affan radhiyallahu anhu berkata:
لَوْ أَنَّ قُلُوبَنَا طَهُرَتْ مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلامِ رَبِّنَا , وَإِنِّي لأَكْرَهُ أَنْ يَأْتِيَ عَلَيَّ يَوْمٌ لا أَنْظُرُ فِي الْمُصْحَفِ
Kalau seandainya hati kita suci, hati itu tidak akan kenyang dari Kalam Rabb kita, dan sesungguhnya aku tidak suka jika berlalu suatu hari aku sama sekali tidak memandang kepada mushaf (riwayat al-Baihaqiy dalam al-Asmaa’ was Shifaat, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Awliyaa’, dinukil sebagian kalimatnya oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam al-Furqaan (1/192)).
Begitu banyak dan bertebaran faidah ilmu melalui media sosial. Namun, harus dipastikan dari siapakah faidah itu berasal. Pastikan dari sumber yang kredibel dan terpercaya. Benar akidah dan manhajnya. Karena ilmu agama ini harus diambil secara selektif. Tidak serampangan. Demikianlah Sahabat Nabi dan para Ulama setelahnya mengajarkan.
Al-Imam Malik rahimahullah menyatakan:
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ هُوَ لَحْمُكَ وَدَمُكَ وَعَنْهُ تُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَانْظُرْ عَنْ مَنْ تَأْخُذُهُ
Sesungguhnya ilmu (agama) ini adalah darah dan dagingmu. Engkau akan ditanya tentang itu pada hari kiamat. Karena itu, lihatlah dari siapa engkau mengambil ilmu (agama) tersebut (riwayat arRoomahurmuziy dalam al-Muhadditsul Faashil)
Jika anda bertanya kepada sebagian ustadz tentang masalah agama, bertanyalah secara santun dan beradab. Tidak mendesak beliau dengan pertanyaan untuk segera dijawab.
Para Sahabat Nabi menjaga adab untuk bertanya. Mereka tidak menambah pertanyaan karena merasa kasihan dengan Nabi. Simaklah adab dari perkataan Ibnu Mas’ud:
حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوْ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي
…demikianlah Nabi mengkhabarkan kepadaku, yang sebenarnya kalau aku minta tambah penjelasan, niscaya beliau akan menambahinya.. (H.R Muslim)
Nabi adalah manusia yang paling dermawan, termasuk dalam hal memberi jawaban. Sebenarnya, kalau Sahabat terus bertanya, akan terus dijawab oleh Nabi, namun hal itu tidak dilakukan Sahabat karena menjaga adab kepada Nabi.
Sadari pula bahwa tidak semua pertanyaan bisa atau layak dijawab. Adakalanya jawaban pertanyaan itu tidak memungkinkan dijawab melalui WA. Perlu untuk bertemu langsung dengan orangnya. Perlu pengetahuan lebih tentang kondisi penanya. Bukankah jawaban Nabi kepada para Sahabatnya selalu sesuai dengan kondisi penanya? Apa yang dibutuhkannya dan bagaimana mengobati keadaan seperti dirinya?
Ada pula pertanyaan yang memang tidak perlu dijawab. Sehingga sang penanya hendaknya paham jika ada pertanyaan dari dia yang tidak terjawab. Kadangkala Nabi diam. Padahal beliau mendengar pertanyaan itu.
Berhati-hatilah jangan sampai menyebar informasi atau sesuatu yang dianggap sebagai faidah ilmu, namun justru berisi penyimpangan dan kesesatan. Segala bentuk penyimpangan dalam agama, jauhilah. Apapun bentuknya. Baik berupa kesyirikan/kekufuran, kebid’ahan, atau kemaksiatan. Jika anda berperan dalam penyebarannya, meski Cuma copy-paste saja, dikhawatirkan anda akan mendapat limpahan dosa akibat perbuatan orang yang terpengaruh dengannya. Wal iyaadzu billaah
وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Dan Barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam contoh yang buruk, maka ia mendapat dosa dan dosa orang-orang yang mengerjakan setelahnya tanpa dikurangi dari dosa mereka sedikitpun (H.R Muslim)
Gunakan HP anda untuk kebaikan. Jangan digunakan untuk menambah dosa. Jangan melihat hal-hal yang haram, seperti pornografi dan semisalnya.
Sesungguhnya pornografi menimbulkan kerugian dunia dan di akhirat. Di dunia, kerusakan otak akibat kecanduan pornografi lebih besar dibandingkan akibat narkoba. Meski narkoba juga racun yang sangat berbahaya dan harus dijauhi.
Dalam penelitian yang dirilis oleh salah satu dokter ahli bedah syaraf disebutkan bahwa narkoba merusak 3 bagian otak, sedangkan pornografi merusak 5 bagian otak. Pornografi menyebabkan penyusutan bagian otak. Membutuhkan waktu kira-kira 1,5 tahun untuk menyembuhkannya.
Itu baru kerugian di dunia. Belum kerugian di akhirat yang jelas lebih dahsyat dan mengkhawatirkan.
Tundukkanlah pandangan karena Allah Azza Wa Jalla:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Katakan kepada orang-orang beriman agar mereka menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan mereka. Hal yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui secara terperinci apa yang mereka perbuat (Q.S anNuur ayat 30)
Catatan kaki:
1) Kecuali di masa pandemi atau hal-hal darurat lain misalkan dengan imbauan pemerintah membuat belum bisa terlaksananya kajian di masjid. Tetap berusaha mengikuti kajian online secara berkesinambungan.
Oleh: Abu Utsman Kharisman